bakabar.com, TEMANGGUNG - Tradisi Ruwat Pepunden Kyai Joko Nolo adalah bentuk penghormatan masyarakat kepada tokoh syiar Islam di Lereng Gunung Sumbing.
Masyarakat Dusun Tanggung, Desa Tanjungsari, Kecamatan Tlogomulyo, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah kembali menggelar tradisi ruwat pepunden.
Tradisi Ruwat Pepunden adalah bentuk penghormatan masyarakat kepada tokoh syiar Islam di Lereng Gunung Sumbing, Kyai Joko Nolo, yang juga diyakini sebagai pendiri Dusun Tanggung.
Kepala Dusun Tanggung Timbul Basuki menuturkan, tradisi ruwat pepunden dilakukan dengan kirab atau mengarak empat tumpeng rombyong dan air petirtan.
Tradisi tersebut sudah dilakukan masyarakat secara turun-temurun sejak ratusan tahun yang lalu.
Baca Juga: Menelusuri Peradaban yang Hilang di Situs Liyangan Temanggung
"Tidak hanya warga setempat yang ikut tradisi ini, namun juga warga luar daerah yang memiliki kerabat atau keluarga yang dimakamkan di lokasi pemakaman dusun setempat," katanya.
Lebih lanjut, Basuki menuturkan, sebelum kirab, sesepuh dan masyarakat setempat menggelar prosesi pengambilan air dari sumber mata air Sendang Candi. Setelah melakukan ritual, warga juga menggelar doa bersama di komplek pemakaman.
"Ritual dilanjutkan dengan kembul bujono atau makan bersama sebagai simbol kerukunan dan kebersamaan," tuturnya.
Menurut Basuki, upacara adat tersebut adalah simbol kebersamaan dan persatuan yang diharapkan semakin tumbuh di masyarakat.
Sementara itu, Kepala Desa Tanjungsari, Bandriyo Susilo Utomo mengatakan, tradisi tersebut mengandung nilai moral yang cukup tinggi.
"Melalui tradisi dan budaya ini masyarakat akan semakin memiliki sikap yang beradab, terlebih saat ini hanya sedikit generasi muda yang paham akan literasi sejarah dan budaya akibat perkembangan teknologi yang sangat pesat," katanya.
Baca Juga: Menikmati Sejuknya Curug Titang di Temanggung
Di sisi lain, Pemerintah Desa Tanjungsari juga berencana menjadikan komplek makam Kyai Joko Nolo sebagai tempat wisata religi.
Bahkan, pihak desa berencana mengalokasikan dana untuk pembangunan sarana prasarana di lokasi ini.
"Ke depannya akan kita buat juga seperti tempat-tempat wisata religi, khususnya di makam itu akan kita bangun sedemikian rupa yang tidak mengurangi, khususnya tradisinya, maupun mengurangi segi-segi agama yang ada di sini," pungkasnya.