Kabar Rupiah

Rupiah Melemah Jelang Rilis Inflasi AS

Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada awal perdagangan Rabu menurun menjelang rilis data inflasi Amerika Serikat (AS)

Featured-Image
Petugas menghitung uang rupiah dan dolar AS di salah satu kantor cabang PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, KCU Melawai, Jakarta, Selasa (16/8/2022). Foto: ANTARA

bakabar.com, JAKARTA - Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada awal perdagangan Rabu (10/5) menurun menjelang rilis data inflasi Amerika Serikat (AS).

Rupiah pada Rabu pagi melemah 15 poin atau 0,10 persen ke posisi Rp14.757 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.742 per dolar AS.

"Menjelang rilis data inflasi AS yang diperkirakan belum akan turun secara signifikan, mayoritas mata uang global melemah terhadap dolar AS," kata analis pasar uang Bank Mandiri Reny Eka Putri di Jakarta, Rabu (10/5).

Reny menjelaskan indeks dolar AS (DXY) masih relatif stabil level 101, meskipun dua hari terakhir dolar AS masih cenderung menguat terhadap major currencies seiring dengan membaiknya data-data ekonomi AS.

Baca Juga: Strategi Jaga Stabilitas Rupiah, BI: Tetap Berada di Pasar

Indeks dolar AS adalah indeks yang menunjukkan pergerakan dolar terhadap enam mata uang negara utama lainnya, yakni euro, yen Jepang, pound Inggris, dolar Kanada, krona Swedia, dan franc Swiss.

Penguatan dolar AS juga berlanjut setelah data sektor tenaga kerja AS menunjukkan perkembangan yang positif. Penambahan pekerjaan Non-Farm Payrolls dirilis di atas ekspektasi menjadi sebesar 253.000 dan tingkat pengangguran AS turun menjadi 3,4 persen.

Bank sentral AS atau The Fed juga masih memberikan indikasi belum akan menurunkan suku bunga acuannya dalam waktu dekat. Menurut Reny, tren peningkatan suku bunga global masih berlanjut meskipun Fed rate sudah mencapai terminal ratenya sebesar 5,25 persen tahun ini.

Selain itu, Bank Sentral Eropa juga menaikkan suku bunga ECB rate sesuai perkiraan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 3,75 persen pekan lalu sejalan dengan inflasinya yang kembali naik sebesar 7 persen pada April 2023 dari perkiraan dan posisi Maret 2023 sebesar 6,9 persen.

Baca Juga: Data Tenaga Kerja AS Lebih Kuat dari Ekspektasi, Rupiah Tak Berdaya

Pada pekan ini, akan ada pertemuan Bank of England yang diperkirakan juga masih akan menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 bps menjadi 4,5 persen.

Sementara dari domestik, setelah rilis inflasi yang tetap terkendali sebesar 0,33 persen (month on month) pada April 2023, pelaku pasar merespons data pertumbuhan ekonomi kuartal I-23 yang tetap tumbuh solid sebesar 5,03 persen (year on year/yoy) di atas perkiraan pasar yang sebesar 4,97 persen (yoy).

Selain itu, cadangan devisa dirilis menurun sebesar 1 miliar dolar AS, namun masih dalam posisi yang memadai.

Baca Juga: Program PTSL, Menteri Hadi: Beri Nilai Tambah Ekonomi Triliunan Rupiah

Reny memperkirakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih bergerak di kisaran Rp14.690 per dolar AS hingga Rp14.785 dalam jangka pendek.

Pada Selasa (9/5) rupiah ditutup turun 31 poin atau 0,21 persen ke posisi Rp14.742 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.711 per dolar AS.

Editor


Komentar
Banner
Banner