bakabar.com, JAKARTA - Kurs rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta melemah, Rabu (1/11) pagi. Semula Rp15.885 menjadi Rp15.935 per dolar AS.
Pelemahan diperkirakan bakal terus terjadi. Analis Bank Woori Saudara, Rully Nova punya prediksi begitu.
"Hal ini dipengaruhi oleh faktor eksternal wait and see keputusan rapat The Fed terhadap kebijakan suku bunga hari ini. Dan memburuknya data manufaktur China," jelasnya dikutip dari Antara, Rabu.
The Fed diprediksi akan mempertahankan suku bunga acuannya. Sebesar 5,5 persen.
Selain itu, pengendalian inflasi dan penguatan kondisi ketenagakerjaan akan menjadi topik pembicaraan. Saat pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC).
Inflasi masih menjadi fokus. Karena melenceng jauh dari target dua persen. Para pejabat AS bakal mempertanyakan apakah kebijakan saat ini masih cukup relevan atau tidak.
Melihat sentimen domestik, data inflasi Indonesia bakal diumumkan hari ini. Yang mana diperkirakan menunjukkan kenaikan laju inflasi. Baik secara year on year (YoY) maupun month to month (MoM).
YoY diprediksi meningkat dari 2,28 persen menjadi 2,6 persen. Sedangkan tingkat inflasi MoM naik 0,27 persen dari sebelumnya 0,19 persen.
Di bagian ini, kata Rully, pelaku pasar bakal berspekulasi. Bahwa Bank Indonesia akan menaikkan lagi suku bunga acuan saat rapat dewan gubernur (RDG) nanti.
"Karena diperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga 25 bps (basis points) di akhir tahun ini," tutupnya..