bakabar.com, BANJARBARU - Tak cuma menyebabkan keretakan hubungan asmara, korban perselingkuhan juga berisiko tinggi menderita penyakit mental.
Itu terbukti dari sejumlah pasien yang ditangani Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Sambang Lihum. Bahkan dalam setiap bulan, satu hingga dua pasien datang berkonsultasi.
"Kebanyakan pasien korban perselingkuhan adalah perempuan," papar Direktur RSJ Sambang Lihum, dr Anna M Afida, Sabtu (1/10).
"Tak sedikit yang mengalami stres berat, sehingga mengharuskan dirawat inap. Namun demikian, banyak juga yang hanya rawat jalan," imbuhnya.
Meski demikian, perselingkuhan bukan satu-satunya faktor orang datang berobat atau berkonsultasi ke RSJ Sambang Lihum.
"Kebanyakan pasien gangguan jiwa yang diterima disebabkan faktor ekonomi. Kami sendiri menangani 151 pasien yang mesti dirawat inap," beber Anna.
Melansir hasil studi yang dirilis Medical Daily, korban perselingkuhan berpotensi mengalami depresi dan kecemasan lebih besar daripada mereka yang belum pernah diselingkuhi.
Sekalipun masing-masing pihak sudah memaafkan, terkadang rasa sakit yang dirasakan korban perselingkuhan bisa sangat membekas di dalam batin.
Sedih akibat pengkhianatan itulah yang dapat memicu stres berkepanjangan, lalu memicu kedatangan berbagai penyakit fisik.
Kepercayaan diri yang runtuh akan mempengaruhi pola istirahat dan makan. Misalnya kurang makan atau terlalu banyak makan, kurang tidur atau justru terlalu banyak tidur.
Semakin depresi dan kecemasan mulai mendera, seseorang juga berpotensi terpengraruh dengan berbagai hal seperti merokok dan alkohol.
Di sisi lain, beberapa korban perselingkuhan dengan bekerja keras, olahraga berlebihan, hingga melakukan tindakan lain yang justru mempengaruhi kesehatan fisik.