bakabar.com, JAKARTA - Ketua Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) Sri Mulyani menyampaikan komitmennya untuk terus meningkatkan kewaspadaan terhadap risiko global.
Komitmen itu ditunjukkan dalam bentuk kewaspadaan terhadap perkembangan kondisi ekonomi global terkini. Hal itu menjadi perhatian karenaketidakpastian ekonomi global masih tetap tinggi.
"KSSK berkomiten untuk melanjutkan penguatan koordinasi sebagai bentuk kewaspadaan terhadap perkembangan risiko global ke depan, termasuk rambatannya pada perekonomian dan sektor keuangan domestik,” ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers KSSK, Selasa (1/8).
Kendati ekonomi global masih dipenuhi oleh ketidakpastian, kondisi ekonomi Indonesia, kata Sri Mulyani, masih jauh lebih baik. Terbukti dari pertumbuhan ekonomi nasional semester I tahun ini naik 5,4% dibanding periode yang sama tahun lalu (year on year/yoy).
Baca Juga: Pelaku Usaha Muda, Menparekraf: Pilar Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Sementara itu, IMF telah merevisi kembali proyeksi pertumbuhan globalnya menjadi 3,0% yoy di 2023. "Angka ini (3,0%) sedikit lebih baik dari proyeksi April 2023 yang sebesar 2,8% yoy," jelas Sri Mulyani.
Senada, data pertumbuhan Amerika Serikat (AS) dan beberapa negara maju di Eropa menurut IMF diperkirakan lebih baik dari proyeksi sebelumnya. Hal yang sama juga terjadi terhadap proyeksi pertumbuhan ekonomi Tiongkok.
Bagi Indonesia, risiko tertahannya konsumsi dan investasi terutama sektor properti di negara tersebut harus tetap diwaspadai.
Adapun di Indonesia sendiri, pertumbuhan ekonomi tetap stabil didukung oleh permintaan domestik. Berkaca dari data ekonomi triwulan sebelumnya, untuk triwulan II 2023 diprakirakan masih tumbuh kuat, karena ditopang oleh peningkatan konsumsi rumah tangga dan tren ekspansif sektor manufaktur.
"Seperti yang ditunjukkan oleh PMI, Manufaktur meningkat ke level 53,3 pada Juli 2023. Itu lebih tinggi dibandingkan Juni 2023 sebesar 52,5," jelasnya.