Nasional

Riset: Sembuh Covid-19, Antibodi Bertahan 9 Bulan

apahabar.com, JAKARTA – Sebuah studi terbaru menemukan bahwa pasien Covid-19 yang sudah sembuh akan kebal terhadap…

Featured-Image
Ilustrasi. Foto-Istimewa

bakabar.com, JAKARTA – Sebuah studi terbaru menemukan bahwa pasien Covid-19 yang sudah sembuh akan kebal terhadap infeksi ulang setidaknya selama 9 bulan. Ini terlepas dari apakah seseorang memiliki gejala atau tidak.

Mengutip The National News, Selasa (20/7/2021), para peneliti dari Universitas Padua dan Imperial College London memeriksa berapa lama antibodi bertahan kepada hampir masyarakat di seluruh kota Italia.

Lebih dari 85 persen dari 3.000 penduduk Vo’, Italia, pada Februari dan Maret 2020 diuji untuk infeksi Covid-19, kemudian diuji lagi pada Mei dan November 2020 untuk antibodi terhadap virus tersebut.

Tim menemukan bahwa 98,8 persen orang yang terinfeksi menunjukkan tingkat antibodi yang terdeteksi hingga sembilan bulan kemudian.Tidak ada perbedaan antara orang yang menderita gejala Covid dan mereka yang tak gejala.

Studi sebelumnya menemukan bahwa kekebalan berlangsung sekitar enam bulan, yang berarti bisa terinfeksi Covid untuk kedua kalinya.Sementara itu, vaksinasi mengurangi kemungkinan terinfeksi dan meredakan gejala tetapi tidak selalu mencegah terpapar Covid-19.

Para peneliti sebelumnya telah menemukan bahwa pengujian massal dan karantina di Vo’ yang mengalami kematian Covid-19 pertama yang diketahui di Italia memungkinkan masyarakat untuk menekan virus hanya dalam beberapa minggu.

Kota itu dikarantina segera setelah kematian pada 21 Februari 2020 dan mengunci area tersebut serta menerapkan sistem uji dan penelusuran yang mengurangi transmisi secara substansial.

“Kami tidak menemukan bukti bahwa tingkat antibodi antara infeksi simtomatik dan asimptomatik berbeda secara signifikan, menunjukkan bahwa kekuatan respon imun tidak tergantung pada gejala dan tingkat keparahan infeksi,” kata penulis utama Dr Ilaria Dorigatti, dari Imperial College.

“Namun, penelitian kami menunjukkan bahwa tingkat antibodi bervariasi, kadang-kadang sangat mencolok, tergantung pada tes yang digunakan. Ini berarti bahwa diperlukan kehati-hatian saat membandingkan perkiraan tingkat infeksi pada populasi yang diperoleh di berbagai belahan dunia dengan tes yang berbeda dan pada waktu yang berbeda.”



Komentar
Banner
Banner