bakabar.com, JAKARTA – Menteri BUMN Erick Thohir meresmikan 6 Subholding PT Pertamina (Persero).
Pada peresmian itu, Menteri BUMN Erik Thohir ingin Pertamina mampu mengejar target menjadi korporasi dengan nilai pasar 100 miliar dolar AS setelah pembentukan 6 subholding BUMN migas tersebut.
"Buktikan kepada dunia, Indonesia juga bisa punya perusahaan yang valuasinya mencapai 100 miliar dolar AS. Kita bisa, dan saya yakin legacy ini untuk kita semua. Saya memastikan transformasi akan tetap berjalan, karena ini bagian terpenting buat kita sebagai bangsa besar. Tidak mungkin kita akan terus menjadi bangsa besar kalau tidak ada ketahanan energi," ujar Erick Thohir dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, seperti dilansir Antara, Sabtu (11/9).
Erick Thohir menambahkan Presiden Joko Widodo berharap Pertamina terus meningkatkan pelayanan publik, tetapi yang terpenting adalah membangun ekosistem supaya Pertamina bisa bersaing dan mendorong value added.
Ia juga mengingatkan agar lompatan-lompatan yang sudah berjalan saat ini, tetap terjaga dan sesuai dengan 5 Key Performance Indicator di Kementerian BUMN, yakni menyeimbangkan antara korporasi dan pelayanan publik, kembali kepada core business dan menjadi excellent, inovasi digital dan R&D untuk menjadikan Pertamina technology company, dan transformasi human capital.
Erick Thohir menyampaikan bahwa selama 8 bulan ini, Kementerian BUMN terus melakukan transformasi BUMN yang termasuk dalam 88 proyek strategis BUMN hingga 2023 yang telah disampaikan kepada Presiden Joko Widodo.
"Dari 88 proyek yang kita targetkan itu, alhamdulillah di tahun ini 90 persen terjadi. Dan tentu banyak dari transformasi ini ada di Pertamina," kata Erick.
Setelah menuntaskan proses restrukturisasi melalui penandatanganan sejumlah dokumen legal (legal end-state) awal september lalu, PT Pertamina (Persero) mengukuhkan tekadnya untuk mengejar aspirasi pemegang saham mencapai nilai pasar 100 miliar dolar AS dan Global Energy Champion pada tahun 2024.
Tekad ini tergambar dalam acara peresmian 6 subholding yang digelar Pertamina melalui tema "Moving Forward Becoming Global Energy Champion" yang berlangsung pada Jumat di Jakarta. Peresmian dilakukan langsung oleh Menteri BUMN Erick Thohir, didampingi oleh Wakil Menteri 1 BUMN Pahala Nugraha Mansury, Komisaris Utama Pertamina Basuki Tjahaja Purnama dan Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati.
Pada acara peresmian tersebut, Nicke Widyawati menyampaikan bahwa holding migas yang dibentuk sejak 2018 terus berjalan. Walaupun tahun lalu dunia diterpa pandemi Covid-19. namun sesuai arahan pemegang saham agenda transformasi tidak boleh berhenti, bahkan harus dipercepat.
"Saya mengucapkan terima kasih kepada Pak Menteri selaku pemegang saham yang membawa agenda ini ke rapat-rapat sesama kementerian maupun ke Ratas, sehingga berbagai regulasi akhirnya berhasil kita dapatkan pada akhir Agustus kemarin," ungkap Nicke.
Menurut Nicke, transformasi yang dijalankan Pertamina ini sejalan dengan global transition yang terjadi, dimana pemerintah memberikan komitmennya untuk melakukan transisi energi sesuai dengan Paris Agreement.
Sehingga Pertamina harus mendukung langkah ini, karena Pertamina adalah satu-satunya perusahaan milik negara yang terintegrasi dari hulu ke hilir yang menjadi andalan dan memberikan kontribusi besar dalam suplai energi bagi negara.
Sementara itu, mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan setuju dengan keputusan yang diambil Erick Thohir mereorganisasi Pertamina. Menurut Dahlan Iskan yang dikutip dari laman diway.id, secara struktur bisa lebih bagus. Lebih jelas.
Tapi, apakah itu sudah menjawab tantangan masa depan Pertamina?
“Rasanya belum. Itu baru ‘menertibkan’ struktur di Pertamina. Bisnisnya masih biasa seperti yang lama,” ujar Dahlan Iskan, Sabtu (11/9) dalam catatan hariannya di disway.id.
Dahlan Iskan bilang, masa depan Pertamina adalah: apa yang akan dilakukan setelah mobil listrik menggantikan mobil bensin. Memang ada sub-holding bidang energi baru, tapi masih lebih berat ke geotermal. Sedang di proyek baterai lithium Pertamina hanya memegang 20 persen saham.
“Saya juga mendengar ada selentingan ini: setelah restrukturisasi, Pertamina lebih bisa mencari uang. Terutama dari pasar modal. Sub-sub holding itu bisa go public. Satu per satu. Mereka sudah bukan BUMN. Mereka sudah berstatus anak perusahaan,” katanya.
Dahlan Iskan mengakui, langkah-langkah besar kini lebih mampu dilakukan oleh BUMN. Suasana politiknya adem ayem. Sangat memungkinkan untuk dilakukannya langkah besar.
“Maka setiap kali dimintai pendapat soal restrukturisasi di BUMN, saya selalu mengatakan: lakukan segera. Sekarang. Mumpung Presiden Jokowi mampu mengendalikan politik hampir secara mutlak,” ujarnya.