Setelah merasa sangat terpojok dan terintimidasi, mereka para relawan memutuskan untuk pergi. Namun sayangnya, A dan R yang berboncengan motor tertinggal di tempat sehingga ditarik oleh orang tidak dikenal tersebut dan dibawa pergi.
Masing-masing dari mereka berdua dibawa secara terpisah menggunakan sepeda motor berboncengan tiga orang dalam posisi diapit di tengah-tengah. Tak luput handphone keduanya disita dan diakses tanpa izin oleh orang-orang tersebut.
"Saya dipaksa menyerahkan handphone dan membuka kunci nya. Mereka cek WhatsApp dan saya lihat mereka sempat screenshoot dan kirim foto-foto ke handphone milik mereka," ungkap korban lainnya, A kepada tim hukum H2D.
A mengaku dibawa ke sebuah jalan sepi di sekitar Banjar Indah. Di sana ia menerima ancaman dengan senjata tajam berupa celurit kecil yang dikeluarkan oleh seseorang dari tas selempang kecilnya dan dipukul oleh sekitar 15 orang.
Pukulan itu meninggalkan benjolan pada bagian belakang telinga kanan, luka sobek pada bagian bibir atas, dan luka-luka di tempat lainnya.
Sedangkan menurut pengakuan R, sempat dibawa ke sebuah rumah dan bertemu dengan seseorang yang diketahui merupakan anggota DPRD Kota Banjarmasin berinisial Z.A.H.
R kemudian dibawa ke suatu jalan sepi di sekitar Teluk Kubur lalu diancam dan dipukuli oleh sekitar 4 orang.
Kemudian, pada pukul 5 sore, rekannya K dan D mengatakan upayanya untuk menghubungi A dan R sempat berhasil dengan tersambungnya saluran telepon.
D kemudian meminta untuk video call di mana permintaan tersebut sepertinya tidak sengaja diterima oleh seseorang dan terlihatlah wajah orang tersebut adalah Z.A.H.
Untungnya, D sempat screenshot kejadian tersebut sebelum Z.A.H memalingkan wajahnya dan berusaha menghindar.
Setelah sempat terpisah, A dan R masing-masing dibawa ke sebuah rumah dan bertemu Z.AH. Keduanya lalu diancam untuk membuat pernyataan dalam sebuah video yang pada intinya menyatakan bahwa pemasangan spanduk dan menempelkan stiker tersebut dilakukan tanpa izin.
Atas kejadian ini, Tim hukum H2D, Muhammad Isrof Parhani mengatakan bahwa tindakan premanisme dalam Pilgub Kalsel tersebut telah mencederai demokrasi di Bumi Lambung Mangkurat.
Ia mengimbau kepada seluruh masyarakat agar terus menolak praktik politik uang dan tidak perlu takut dalam melawan premanisme.
"Tindakan seperti preman tersebut tidak akan pernah bisa membuat kami berhenti melawan politik uang, kami bertumbuh dan akan terus bertumbuh," ucap Isrof.
Kronologi Persekusi Relawan H2D Versi Tim Denny: Diculik, Dipukuli hingga Diancam Dibunuh