Proyek DAS Ampal

Proyek DAS Ampal, Pemilik Ruko Alami Penurunan Omzet 40 Persen

Keberadaan proyek pengendalian banjir Daerah Aliran Sungai (DAS) Ampal di Kota Balikpapan masih terus berjalan.

Featured-Image
Material proyek pengendalian banjir DAS Ampal yang ditaruh di depan toko milik warga di Jalan MT Haryono. (apahabar.com/ Arif Fadillah)

bakabar.com, BALIKPAPAN - Keberadaan proyek pengendalian banjir Daerah Aliran Sungai (DAS) Ampal di Kota Balikpapan masih terus berjalan.

Setelah pengerjaan di Jalan MT Haryono (Global Sport) selesai, pengerjaan berikutnya berfokus di depan iColor hingga lampu merah Telkom Ringroad Balikpapan. Lokasi tersebut masih berada di sepanjang Jalan MT Haryono.

Beberapa alat berat telah terparkir di depan ruko untuk memulai pengerjaan proyek senilai Rp136 Miliar tersebut. Tidak hanya alat berat, bahan material juga diletakkan di depansejumlah ruko. 

Salah satunya di depan ruko iColor. Kehadiran bahan material telah membuat ruko seakan-akan tidak kelihatan, sehingga menyulitkan para pelanggan yang ingin berbelanja.

Baca Juga: Dugaan Korupsi Megaproyek DAS Ampal Balikpapan Belum Bisa Diusut KPK

Kondisi tersebut sempat dikeluhkan oleh Akhmad Fadly, selaku Head Store iColor. Ia mengaku sangat terganggu dengan adanya proyek tersebut.

Selain kondisi jalanan yang berdebu, situasi tersebut telah menimbulkan kemacetan. Bahkan tempat parkir yang tersedia menjadi sempit, sehingga para pelanggan kesulitan untuk masuk ke dalam toko. Pun, tidak sedikit yang mengurungkan niat untuk datang. 

"Karena ada pengerjaan itu jalan sangat macet. Dan debunya menganggu juga, karena customer jarang sekali ke sini pada jam makan siang atau jam pulang kerja. Biasanya jam ramai jam siang dan sore. Kalau malam kadang jalan masuk kita tertutup," jelasnya.

Akibatnya, omzet tempat service device apple tersebut menurun signifikan. Terhitung sejak empat bulan terakhir, penurunannya hampir menyentuh 40 persen dari kondisi normal.

Baca Juga: Polemik Proyek DAS Ampal Balikpapan, Rahmad Mas'ud: No Comment lah

"Bikin omset kita berkurang. Normal itu Rp250 juta sebulan. Sekarang Rp180 juta sebulan maksimalnya. Jarang banget sampai Rp200 juta," terang Fadly. 

Fadly lalu mencari cara agar usaha yang dijalankannya itu bisa bertahan pada kondisi sulit seperti sekarang. Salah upaya yang ia terapkan adalah dengan menjemput perangkat yang hendak diperbaiki langsung ke rumah customer

"Beberapa kali kami pick-up ke rumah customer. Kadang mereka kirim pakai jasa ojek online. Karena jalan di sini mulai macet. Berdebu banget itu yang berfikir keras customer untuk datang," ungkap Fadly. 

Fadly mengaku bingung hendak mengadu kemana. Karena selama ini dirinya kesulitan untuk mengubungi pimpinan kontraktor yang mengerjakan proyek tersebut. Terakhir pihak kontraktor hanya datang untuk menyampaikan surat pemberitahuan. 

Baca Juga: Gegara Proyek DAS Ampal Balikpapan, Global Sport Rugi Rp 1 Miliar

"Mau memindahkan plang kita dan tiang listrik. Kalau mereka mau pindahkan silahkan tapi harus izin. Ternyata plang disuruh kita yang pindahkan jadi kita keberatan. Karena kan mereka yang mengerjakan," jelasnya. 

Kendati demikian, Fadly sebagai warga Balikpapan bersyukur ada proyek penanganan banjir di kota kelahirannya itu. Hanya saja, ia mengeluhkan cara pengerjaan proyek yang dianggapnya tidak bersahabat dan justru memberatkan para pelaku usaha. 

"Kita tahu di sini kondisi banjir. Kebaikan kita juga kan, di sini memang rawan banjir. Seperti bisa mengurangi banjir untuk buat kota kita indah. Cuma prosesnya saja," jelasnya. 

Selain Fadly, pedagang kaki lima yang kerap mangkal di tempat itu juga mengalami hal serupa. Mereka mengeluhkan banyaknya debu yang berterbangan. 

"Tiap hari saya harus bersihkan dagangan karena ada debu yang menempel," kata pedagang yang namanya enggan disebutkan itu. 

Editor
Komentar
Banner
Banner