Produksi Kepiting

Pemprov Kaltim Tingkatkan Produksi Kepiting untuk Penuhi Kebutuhan Ekspor

Pemerintah Provinsi Kaltim berupaya meningkatkan produksi kepiting bakau di Kecamatan Anggana, Kabupaten Kutai Kartanegara, untuk memenuhi kebutuhan ekspor

Featured-Image
Ilustrasi-budi daya kepiting bakau. Foto: babel.antaranews.com).

bakabar.com, JAKARTA - Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) berupaya meningkatkan produksi kepiting bakau di Kecamatan Anggana, Kabupaten Kutai Kartanegara, untuk memenuhi kebutuhan ekspor.

"Kecamatan Anggana merupakan kawasan penghasil kepiting bakau dan sudah merambah pasar ekspor," ujar Penggerak Swadaya Masyarakat Ahli Muda Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (DPMPD) Provinsi Kaltim Helvin Syahruddin di Samarinda, Jumat.

Peningkatan produksi itu melalui pelatihan budi daya dengan pola teknologi tepat guna, karena pasar ekspor kepiting masih terbuka.

Meski Anggana mampu mengekspor kepiting namun pelaku pembudi daya masih belum mampu memenuhi tingginya permintaan pasar ekspor.

Baca Juga: Gedung Sekretariat Presiden Berdiri di IKN Kaltim Akhir 2024

Pembudi daya kepiting dari Anggana ini mengekspor kepiting hingga ke Singapura, Hong Kong, Jepang, dan Australia.

Pembudi daya kepiting mengalami kendala dari sisi kualitas, ukuran minimal 12 cm, dan terkadang kuantitasnya tidak mencukupi.

Jumlah permintaan belum bisa dipenuhi karena pola budi daya yang belum masif.

Kebutuhan pelatihan budi daya kepiting ini bertujuan untuk memenuhi syarat pasar ekspor tersebut.

Baca Juga: Soal Tambang Ilegal Kaltim, Greenpeace: Tak Lepas dari Peran Oligarki dan Elite Politik

Kecamatan Anggana pada 2021 mengekspor kepiting bakau sebanyak 1.800 ton ke berbagai negara.

Tingkat produksi yang tinggi ini menjadi peluang besar bagi warga setempat untuk terus mengembangkan, seiring masih tingginya permintaan pasar.

Ekspor kepiting bakau dari Anggana ke sejumlah negara tujuan tersebut sempat anjlok pada 2020 akibat badai COVID-19.

Penurunan itu terjadi juga karena sempat ada isu bahwa virus COVID-19 bisa menular melalui ikan dan kepiting yang dikirim antarnegara.

Isu itu semakin membuat lengkap pelemahan ekspor komoditas kepiting.

Di tahun 2020, ekspor kepiting bakau dari Anggana hanya 195 ton, namun tahun 2021 naik menjadi 1.800 ton.

Pembudi daya bersama nelayan dan eksportir kepiting bangkit dari keterpurukan, namun ekspor kepiting pada Januari-Agustus 2022 baru baru tercatat 895 ton.

Melalui pelatihan budi daya kepiting bakau yang dikemas Workshop TTG selama  7-13 November ini, maka masyarakat bisa lebih meningkatkan produktivitas kepiting.

Pelatihan budi daya kepiting tidak hanya budi daya di tambak dan mengambil dari alam atau dari hutan bakau, tapi budi daya dengan cara modern.

Menurutnya budi daya secara modern ini adalah sistem hidroponik, yakni sistem budi daya kepiting yang bisa dilakukan di ruang terbatas sekalipun baik di ruang terbuka maupun ruang tertutup.

"Melalui sistem ini, maka kualitas dan ukuran bisa diatur dan dilakukan secara berkelanjutan," ucap Helvin.

Editor


Komentar
Banner
Banner