apahabar, JAKARTA -- Biar pun Anies Baswedan punya ribuan relawan, biar pun Anies punya elektabilitas tinggi sebagaimana direkam sejumlah lembaga survei, dia tidak akan bisa masuk arena pemilihan presiden jika tidak didorong oleh partai politik.
Di Partai NasDem, partai yang mendeklarasikan nama Anies lebih awal, ada sosok Ahmad Ali yang selalu pasang badan. Ahmad Ali juga membangun komunikasi dengan partai koalisi dan menentukan wacana. Dia mendatangi sekretariat Gerindra dan PKB, yang membuat Partai Demokrat panas dingin.
Ahmad Ali membuat partai itu kian kikuk karena tidak punya ruang untuk mencalonkan AHY sebagai cawapres. Tidak heran jika nama mantan aktivis HMI ini disebut politisi Demokrat dengan nyinyir. Manuvernya membuat ketum AHY harus turun tangan untuk menjelaskan beberapa hal. Demokrat tak punya pilihan lain selain koalisi dengan NasDem. Istilah orang Makassar: “kandang paksa.”
Baca Juga: Demokrat Melunak Usung AHY Jadi Cawapres Anies Baswedan
Sejak deklarasi Relawan IndonesiAnies, pria asal Morowali itu selalu terlihat bersama Anies dalam kunjungan ke seluruh Indonesia. Dia sukses membangun opini, meramaikan diskursus politik. Dia meluruskan tudingan banyak orang terhadap Anies.
Dia percaya diri kalau partainya adalah pengendali wacana, bukan dikendalikan wacana. Dia adalah sosok yang mendesak partai agar segera mendeklarasikan Anies. Dia yakin kalau momentum harus diciptakan, harus dibentuk. Saat partai lain masih gamang, dia membawa NasDem bergerak lebih cepat.
Selama sekian dekade perpolitikan Indonesia hanya didominasi para politisi dari Jawa. Kini, politisi dari Morowali bisa membuat haru-biru politik Indonesia. Ahmad Ali menunjukkan pada kita bahwa politik itu bukan semata hitung-hitungan angka di atas kertas.
Politik adalah wacana yang terus diperdebatkan dalam medan pertarungan gagasan-gagasan. Politik adalah jalan keluar untuk menyelesaikan berbagai persoalan-persoalan kebangsaan.
Kisah Ahmad Ali adalah kisah politisi yang bergerak dari tepian, kemudian masuk ke jantung partai politik, setelah itu nyaris terpental, kemudian bangkit kembali. Seorang kawan di DPR RI mengibaratkan Ahmad Ali serupa burung phoenix yang sudah jadi debu, kemudian berhasil bangkit kembali.
“Di awal 2022, dia nyaris terpental dari partai. Dia diturunkan dari posisi Ketua Fraksi NasDem di DPR RI,” kata seorang kawan di partai itu.
Ahmad kecewa karena penggantinya adalah Robert Rouw, yang sebelumnya menjadi anggota DPR dari Gerindra. Baginya, partai adalah arena kaderisasi. Seharusnya partai mendahulukan kader yang tumbuh dan mengakar bersama partai, bukan kader cabutan dari partai lain.
Saat itu, Ahmad Ali membawa surat pengunduran diri ke Surya Paloh. Respon Surya adalah merobek-robek surat pengunduran diri itu. Ahmad Ali masih dibutuhkan untuk beberapa peran strategis di partai.