Tahun 2013, dia bergabung ke Partai Nasdem dan mendapat amanah sebagai Ketua DPW Nasdem Sulteng. Perjuangannya dimulai di sini. Dia lalu mencalonkan diri sebagai anggota DPR RI tahun 2014 dan sukses masuk parlemen.
Dia melenggang ke DPR RI setelah menangguk suara sebanyak 119.000. Padahal, perolehan suara Nasdem Sulteng hanya sekitar 50.000 suara.
Kariernya terus meroket hingga akhirnya diangkat menjadi Bendahara Umum Partai Nasdem. Saat Ketua Fraksi Nasdem Johnny G Plate mundur dari posisinya karena ditarik menjadi juru bicara Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma’ruf Amin, Ahmad lalu diberi amanah lain yakni sebagai ketua fraksi.
Setelah itu, dia menjabat sebagai Wakil Ketua Umum Partai NasDem, satu tingkat di bawah Surya Paloh sebagai ketua umum.
Sejak mendampingi Anies ke manapun, banyak orang memprediksi jalannya tidak akan mulus. Ada sinyalemen kalau dirinya bakal dibidik oleh penegak hukum. Posisinya sebagai politisi sekaligus pengusaha tambang bisa membuat dirinya seperti sasaran empuk.
“Dia tahu kalau dia bisa dibidik kapan pun. Dia sudah siap untuk itu,” kata seorang kawan yang dekat dengannya.
Jalan politik kita memang tidak mulus. Jalan itu penuh dengan gripis dan kerikil. Selama dua periode Jokowi maju sebagai presiden, Ahmad Ali setia mengawalnya. Kini, saat dirinya hendak menyodorkan calon lain, berbagai tudingan menimpanya.
Padahal, semua yang dilakukannya masih tetap dalam bingkai yang sama, yakni melihat Indonesia lebih baik. Pilpres adalah arena untuk menyodorkan gagasan-gagasan, bukan untuk menang-menangan.
Entah pilihannya benar atau salah, biar sejarah yang kelak akan menyodorkan catatan. Kita semua akan menjadi penyaksi yang tak sabar untuk membacanya.