News

PPATK: Rasa Cinta Sering Dimanfaatkan Buat Praktik Kejahatan di Dunia Maya

apahabar.com, JAKARTA – Praktik kejahatan di dunia maya dengan tujuan untuk menguras uang korban, kini memanfaatkan…

Featured-Image

bakabar.com, JAKARTA - Praktik kejahatan di dunia maya dengan tujuan untuk menguras uang korban, kini memanfaatkan perasaan kasih sayang atau cinta seseorang.

Kepala Biro Umum dan Humas Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), Muhammad Novian mengungkapkan, penipuan yang memanfaatkan perasaan orang lain tersebut dikenal dengan nama romance scam.

Menurutnya, skema romance scam lebih sering memanfaatkan penggunaan media sosial dan aplikasi kencan atau dating apps, untuk menjalankan praktiknya.

"Pelaku mendekati korban melalui dating apps atau aplikasi kencan dan media sosial dengan profil yang menarik, misalkan mengaku sebagai tentara/dokter/pengusaha, bahkan juga menggunakan foto dengan paras cantik atau ganteng," ujarnya dalam acara webinar OJK Institute secara virtual, di Jakarta, Kamis (25/8).

Ia menjelaskan bahwa proses pertama dalam penipuan tersebut adalah membuat korban menyukai pelaku. Korban akan dibuat memiliki rasa kasih sayang berlebih, hingga tidak memiliki pikiran yang jernih. Kemudian, korban mau melakukan transaksi kepada pelaku.

"Romance scam ini memanfaatkan aplikasi pencari pasangan dan media sosial. Kemudian mencari korban, baik itu laki-laki atau perempuan dan membuat korban menyukai pelaku. Sehingga, terjalin rasa kasih sayang dan cinta yang dapat membuat seseorang kehilangan logika. Pada akhirnya menyebabkan orang tersebut tidak berfikir jernih. Kemudian, korban akan meminta transaksi den menguras uangnya." jelasnya.

Ia mengatakan, terdapat beberapa faktor pendukung lain pada kasus romance scam. Faktor pertama adalah timbulnya perasaan tertekan yang dialami korban.

"Timbulnya perasaan tertekanan, dimana sang kekasih merasa peduli, merasa bertanggu jawab atau merasa ingin memberikan kasih sayang sehingga, akhirnya transaksi dilakukan," tuturnya.
Faktor lainnya adalah peluang. Ia menjelaskan bahwa pelaku akan memanfaatkan peluang dari kasih sayang berlebihan tersebut, untuk mejalankan aksinya.

"Peluang dari kasih sayang tadi, digunakan oleh penipu itu sendiri untuk menjebak korban atau kekasihnya," kata Novian.
Terakhir adalah pembenaran, ia mengatakan bahwa pelaku akan memanipulasi korban dengan memberikan pembenaran-pembenaran yang membuat korban menjadi percaya.

"Akhirnya salah satu atau pihak pelaku kejahatan romance scam ini mencoba melakukan pembenaran, seolah-olah dirinya benar. Kemudian korban meminta bukti dari pelaku dan dikirimkan foto atau video call yang membuat korban percaya. Padahal itu adalah video dari orang lain yang bukan dirinya sendiri," tutupnya.

Penipuan dengan skema romance scam sempat ramai di Indonesia pada 24 Agustus 2021. Kasus tersebut melibatkan seorang pria yang tidak disebutkan namanya dengan pelaku yang Bernama 'dhea'. Kasus tersebut dibongkar oleh adik korban yang merasa adanya kejanggalan dalam hubungan mereka. Kemudian, adik korban dipublikasikan melalui media sosial Twitter dan mulai ramai diperbincangkan.

Korban telah menjalin hubungan selama 4 tahun, bahkan sampai pada tahap memberikan informasi keuangannya kepada pelaku, karena sudah sangat percaya. Kemudian, sang pelaku disebut pergi dengan alibi mendapat kontrak kerja di luar negeri. (Gabid)



Komentar
Banner
Banner