bakabar.com, SAMPIT - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalteng, mengingatkan masyarakat untuk waspada terhadap potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) seiring mulai masuknya musim kemarau yang diprediksi terjadi sejak 11 Juli mendatang.
"Menurut informasi dari BMKG, baik dari Stasiun Meteorologi Bandara H Asan Sampit maupun BMKG Palangka Raya, musim kemarau diperkirakan akan mulai pada 11 Juli. Tapi perlu digarisbawahi, musim kemarau bukan berarti tidak ada hujan sama sekali, hanya saja intensitasnya menurun, durasinya lebih pendek, dan cakupan wilayahnya terbatas," jelas Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Kotim, Multazam. Selasa (17/6/2025).
Ia menyebut, saat ini sudah mulai tampak tanda-tanda musim kemarau, terutama di wilayah utara dan selatan Kotim yang intensitas curah hujannya mulai berkurang. Namun potensi karhutla sudah mulai muncul.
"Berdasarkan pantauan kami, sudah ada beberapa kejadian kebakaran kecil. Dari total 5 sampai 10 kejadian yang terpantau, sebagian besar merupakan pembukaan lahan dengan cara dibakar. Bahkan, di wilayah selatan sudah mulai terlihat bekas-bekas kebakaran. Salah satunya terjadi di daerah pesisir selatan, dan satu lagi di wilayah utara," ujarnya.
Multazam menyoroti tingginya kerentanan di wilayah-wilayah tanpa akses darat seperti Kecamatan Pulau Hanaut. Ia mengatakan, jika terjadi kebakaran di wilayah tersebut, pemadaman akan menjadi lebih sulit dan berisiko tinggi.
"Daerah seperti Pulau Hanaut itu sangat berbahaya karena tidak ada akses darat. Bila terjadi kebakaran, sulit dijangkau. Oleh karena itu, pencegahan lebih penting. Kami sudah sepakat, jika ditemukan kebakaran di sana, akan langsung dilakukan penanganan dan pemasangan garis polisi," tegasnya.
Ia menambahkan, hingga saat ini kondisi cuaca masih dalam tahap netral, tidak ada indikasi El Niño maupun La Niña, namun tidak menutup kemungkinan gangguan cuaca seperti siklon tropis yang dapat menyebabkan hujan sesaat.
Multazam juga mengingatkan masyarakat agar tidak membuka lahan dengan cara membakar. Ia menekankan bahwa sebagian besar kejadian karhutla selama ini disebabkan oleh kelalaian atau kesengajaan manusia.
“Ini bukan soal kita tidak mau bekerja, tapi 99,9 persen karhutla terjadi karena unsur kesengajaan atau kelalaian. Kadang hanya ingin membakar sampah, tetapi lupa bahwa di bawahnya ada gambut. Itu sangat berbahaya. Ingat, ancaman hukumannya berat. Kapolres juga sudah menyampaikan hal itu secara tegas,” kata Multazam.
Ia berharap masyarakat dapat lebih bijak dalam mengelola lahan dan menjaga lingkungan, terlebih menghadapi musim kemarau yang diprediksi berlangsung hingga empat bulan ke depan.
“Musim kemarau ini harus kita hadapi bersama dengan kesadaran dan tanggung jawab. Jangan biarkan lingkungan menjadi korban akibat ulah kita sendiri,” tutupnya.