Kalsel

POPULER SEPEKAN: Tabalong Geger Suami Bunuh Istri, hingga Kecelakaan Maut Tanbu-Banjarbaru

apahabar.com, TANJUNG – Pembunuhan brutal seorang istri di Kabupaten Tabalong begitu menyentak perhatian publik. Terlebih sederet…

Featured-Image
Pembunuhan Widi nyatanya begitu menyorot perhatian publik, terlebih sederet fakta mencengangkan yang tersingkap usai KDRT berujung maut itu terungkap. Foto: Ist

Terkuak, Motif Suami Tega Bunuh Istri di Takulat Tabalong

Setelah mengantongi batu, MI masuk lagi ke dalam rumah dan mengetuk pintu kamar Widi. Saat Widi membuka pintu, MI masuk dan langsung mengunci pintu kamar.

Dengan batu yang sudah dalam genggaman, MI memukul berkali-kali kepala Widi sambil memegangi atau menarik rambutnya yang saat itu duduk di atas tempat tidur.

"Pelaku dalam posisi berdiri," ujar Mujiono.

Dini hari itu, pemilik rumah tak lain sepupu korban RZ mendengar suara gaduh dari kamar yang ditumpangi Widi. RZ makin kuatir setelah tahu pintu kamar dikunci dari dalam. Saat didobrak, ia melihat MI sudah menggegam sebuah batu. Sementara rambut Widi masih dalam jambakan pelaku.

RZ sejatinya berhasil melerai keduanya. Ia memiting leher MI dari belakang. Namun nahas, nyawa Widi tak mampu tertolong akibat sejumlah luka lebam di bagian leher hingga kepala belakang. Sementara pelaku diamankan warga untuk diserahkan ke Mapolres Tabalong.

Lantas, apa yang membuat polisi berpikir jika pembunuhan Widi tersebut sudah direncanakan MI?

"Jadi pelaku ini sudah menyiapkan batu untuk memukul orang yang selama ini mendampingi hidupnya," ujar Mujiono.

Sehari-hari pasangan muda yang berprofesi sebagai penjual ayam itu dikenal sebagai pribadi yang baik. Akibat pembunuhan tersebut, kini anak mereka yang masih berusia 5 tahun 4 bulan dititipkan ke ibunda pelaku.

“Korban ini sebatang kara di Tabalong, keluarganya ada di Banjarmasin,” ujarnya.

2. Penemuan Adiba

Cerita Warga Temukan Korban Penculikan di Balikpapan, Matriza Adiba Zahra Dibawa Sama ‘Om’

Kisah Matriza Adiba Zahra, korban penculikan anak di Balikpapan, Kaltim, jadi buah bibir masyarakat. Sepekan dibawa kabur oleh seorang pria yang kini masih misterius, Adiba akhirnya ditemukan di Musala Al Barokah, Perum Prona Indah I RT 69, Balikpapan Selatan, Selasa (6/7) sekira pukul 05.00.

Suroso (54), salah seorang warga yang menemukan pertama kali Adiba kala itu cukup terkejut. Lantaran melihat seorang anak tertidur di pojokan musala.

"Saat itu saya mau salat subuh berjemaah, kebetulan di musala sudah ada imam salat Pak Mukhlas. Nah Pak Mukhlas lihat ada anak kecil yang tidur, padahal belum saatnya anak-anak datang untuk salat," ungkap Suroso melalui saluran telepon kepada bakabar.com.

Usai Salat Subuh, Mukhlas dan Suroso membangunkan Adiba. Keduanya tidak mengenal siapa anak tersebut sehingga Suroso mengajak Adiba agar tidur di rumahnya.

"Waktu itu anak itu saya suruh tidur dulu, kami salat dulu. Nanti adek tak antar pulang, rumahnya dimana, namanya siapa. Saya tanya begitu," ujarnya.

Adiba saat itu masih ketakutan dan tidak mau mendekat dengan Suroso karena belum dikenalnya.

Namun Suroso melakukan pendekatan dengan cara mengelus korban sembari bertanya identitasnya.

Setelah mengetahui identitasnya Suroso lantas menanyakan siapa yang membawanya, Adiba menyebutnya "Om", hanya saja ia tidak mengenalnya.

"Waktu itu masih takut, saya dekatin dan saya elus-elus, saya tanya dia sama siapa. Zahra (Adiba) jawab sama Om, tapi tidak tahu namanya," bebernya.

Suroso pun membawa Zahra ke rumahnya sementara untuk tidur dan rencananya mau dilaporkan ke Polsek bahwa dirinya menemukan anak.

Namun saat dirinya membuka facebook dirinya tersadar bahwa anak yang ditemukannya ini adalah Zahra atau Adiba yang sedang dicari.

"Saya buka facebook, ternyata ada kabar kehilangan ini. Anak saya inisiatif untuk hubungin orangtuanya dengan video call, biar tidak dikira bohong. Anak saya juga punya banyak teman polisi jadi dihubungkan dan ketemu," jelasnya.

Suroso sendiri tidak mengetahui adanya informasi anak hilang lantaran dirinya rutin beraktivitas di Musala. Ia mengaku saat kejadian tidak mendengar teriakan korban. Hanya saja anak dari Pak Mukhlas mendengar sepintas teriakan korban. Namun tak berani keluar lantaran takut.

"Saya tidak dengar kalau Zahra (Adiba) ada teriak di jam 3 subuh, tapi anak Pak Mukhlas dengar. Tidak dicek karena ada anak kecil, takut keluar," katanya.

Saat ditanya barang apa saja yang dibawa oleh Adiba saat ditemukan, Suroso mengatakan terdapat tas berwarna merah yang berisikan pakaian, jajan hingga mainan.

"Di sekitar Zahra (Adiba) ada tas warna merah, isinya pakaian, jajanan dan mainan," pungkasnya.

3. Nia Ramadhani

Polisi Kategorikan Nia Ramadhani dan Ardi Bakrie Sebagai Pengguna, BNN Rekomendasikan Rehabilitasi

Pesinetron Nia Ramadhani bersama suaminya Ardiansyah Bakrie ditangkap Satuan Reserse Narkoba Polres Metro Jakarta Pusat pada Rabu 7 Juli karena terjerat penyalahgunaan narkotika sabu. Penangkapan keduanya berawal dari terciduknya sopir pribadi mereka yang berinisial ZN.

Nia Ramadhani bersama suaminya Ardi Bakrie mengaku sudah mengonsumsi sabu sejak lima bulan terakhir. Kepada penyidik, menantu dan putra pengusaha kawakan Aburizal Bakrie itu mengaku memakai sabu karena banyak mendapatkan tekanan hidup selama masa pandemi Covid-19.

“Penyampaian awal memang di masa pandemi dia menggunakan sabu Apalagi banyak tekanan kerja,” ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus di Polres Metro Jakarta Pusat, Kamis, 8 Juli 2021, dilansir Tempo.

img

Nia Ramadhani dihadirkan saat konferensi pers di Kantor Polres Metro Jakarta Pusat, Sabtu, 10 Juli 2021. Nia mengenakan baju tahanan berwarna merah dengan topi dan masker yang menutupi wajahnya. Foto: Humas Polres Jakarta Pusat

Nia membeli sabu sebanyak satu klip degan harga Rp 1,5 juta. Barang haram itu dibeli melalui sopirnya ZN dan dikonsumsi bersama sang suami, Ardiansyah Bakrie.

Saat ditangkap pada Rabu malam 7 Juli 2021, Nia mengaku baru mengonsumsi sabu bersama Ardi pada pagi harinya. Sehingga saat menjalani pemeriksaan di kantor polisi, keduanya masih dalam pengaruh obat-obatan terlarang itu.

Dengan kondisi tersebut, polisi masih kesulitan menggali keterangan Nia dan Ardi. Keduanya juga baru bisa dihadirkan ke hadapan awak media pada esok harinya, setelah efek narkoba yang digunakan berkurang.

4. Dua Kecelakaan Maut

Tabrakan Maut di Tanbu, Pengendara Supra Tewas di Tempat

Dalam sehari, dua kecelakaan maut terjadi di Kalsel, Sabtu 10 Juli. Masing-masing di Tanah Bumbu, dan Banjarbaru.

Dari Tanah Bumbu, seorang pengendara sepeda motor Supra bernama Andi Budiman (47) tewas di Jalan Desa Gunung Besar, Simpang Empat.

Sekitar pukul 08.30, Andi tewas akibat bertabrakan dengan mobil truk Colt Diesel nopol DA 8525 BW yang dikemudikan Usmadi.

Kecelakaan berawal dari sepeda motor yang dikendarai Andi Budiman datang dari arah Batulicin menuju arah Serongga.

Saat di TKP jalan tikungan, pengendara lepas kendali ke jalur kanan. Saat bersamaan datang dari arah berlawanan mobil truk Colt Diesel yang dikemudikan Usmadi. Andi tewas di lokasi kejadian akibat luka parah di bagian kepala.

Sebelum kecelakaan Andi, insiden serupa menimpa dua pemuda dari Kotabaru di Jalan Ahmad Yani, Km 21, Liang Anggang, Banjarbaru, sekitar pukul 05.22. Keduanya bernama M Sadarulullah dan Almubarak, asal Pulau Laut.

Awalnya, korban yang berboncengan mengendarai motor TVS DA 5078 Q melaju dari arah Banjarbaru menuju Bundaran Liang Anggang dengan kecepatan tinggi. Di Bundaran Kamaratih, Landasan Ulin, korban menabrak bagian belakang sebuah Honda Revo DA 2814 WT.

Sempat dilarikan ke RS Idaman Banjarbaru, nahas nyawa keduanya tak bisa tertolong.

5. Postingan BEM ULM

Blakblakan Alasan Ketua BEM ULM Kritik Tajam ‘Jokowi Si-Raja Keramput?’

Postingan meme "Jokowi Si-Raja Keramput?" di Instagram Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Lambung Mangkurat (ULM) menuai sorotan tajam. Pro-kontra berbagai kalangan muncul, Ketua BEM ULM, Ahmad Rinaldi menanggapi santai dinamika tersebut.

"Ini memang konsekuensi yang mesti kami terima lantaran mengkritisi penguasa," katanya kepada bakabar.com, Jumat (9/7).

Belakangan, pribadi pentolan massa aksi #SaveKPK di Banjarmasin ini tengah disorot sejumlah akun Instagram. Rinaldi bilang postingan dan komentar-komentar negatif yang memuat fotonya itu datangnya dari para buzzer atau pendengung.

"Teman-teman BEM lain juga kan diserang. Jadi ditanggapi biasa saja, apalagi mereka (buzzer) itu kan tidak jelas orangnya," katanya.

"Kami akan tetap terus mengkritik kebijakan pemerintah yang tidak pro-rakyat," katanya.

Lantas, mengapa tidak mengkritik pemerintah atau kepala daerah saja?

Menurut Rinaldi, secara umum kebijakan daerah datangnya dari pemerintah pusat. Kursi gubernur Kalsel saat ini juga masih dijabat oleh pejabat sementara atau Pj.

"Kita juga masih menunggu-nunggu hasil sengketa PSU [Pemungutan suara ulang] di MK [Mahkamah Konstitusi]," katanya.

Terakhir, Renaldi meminta dukungan masyarakat untuk setiap langkah yang diambil mahasiswa dalam mengkritisi pemerintah.

"Kami tergabung dalam suatu aliansi, dalam hal ini BEM SI [Seluruh Indonesia]. Kami juga sudah memiliki komitmen untuk melakukan hal yang sama seperti apa yang dilakukan oleh BEM UI, agar semangat kritisi yang sudah mereka lakukan tidak hilang begitu saja," katanya.

Ketua Borneo Law Firm, Muhammad Pazri melihat kritikan yang dilontarkan BEM ULM ke Presiden Jokowi masih dalam batas wajar. Terlebih, tidak ada unsur pelanggaran hukum dalam kritik tersebut.

"Mereka juga sudah membuat kajian dan analisis pemberitaan sejumlah media massa. Sehingga dalam hal ini, BEM ULM hanya menyahikan fakta-fakta. Dugaannya sah-sah saja," katanya, dihubungi terpisah.

"Interpretasi saya dalam UUD 1945, presiden bukanlah simbol negara. Jadi tidak melanggar hukum lantaran mengkritisi presiden," sambungnya.

"Tidak ada ajakan ke arah kekerasan, itu ekspresi mahasiswa," sambungnya.

Rabu 7 Juli, Departemen Pergerakan Divisi Kebijakan Luar BEM ULM mengunggah potret bernada kritik terhadap Presiden Joko Widodo.

Dalam unggahan tersebut, BEM ULM menyinggung sederet janji Presiden Jokowi sejak Pilpres 2014 silam.

Dari penyelesaian kasus pelanggaran HAM masa lalu, utang luar negeri, bagi-bagi kursi menteri, ketahanan pangan, penguatan KPK, hingga pembatasan calon investor asing.

6. Biaya Meteran PDAM Bandarmasih

TOK! Biaya Meter Air PDAM Bandarmasih Batal Naik

Awal Juli tadi, Direktur Utama PDAM Bandarmasih Yudha Ahmadi mengumumkan kebijakan penyesuaian biaya meteran air.

Selama ini biaya pemeliharaan meteran air dibebankan ke pelanggan. Karenanya, PDAM mengaku kerap menombok biaya meteran dari biaya perpipaan.

Sesuai rencana awal, kebijakan tersebut berlaku mulai Agustus mendatang. Ada tiga golongan yang mengalami kenaikan hingga 100 persen: Niaga besar 2, Lembaga Pendidikan dan Lembaga Kepemerintahan, yaitu harga golongan niaga besar 2 yang lama kena tarif Rp45 ribu menjadi Rp90 ribu. Kemudian, lembaga pendidikan yang lama Rp30 ribu menjadi Rp60 ribu.

Selanjutnya golongan lainnya seperti rumah tangga A2-1, dan A2-2 rata rata naik 50 persen ke atas.

“Kenaikan ini hanya tarif sewa meter kepada pelanggan yang dipasang, selebihnya mengenai tarif harga air tidak mengalami kenaikan artinya penetapan beban tetap dan penyesuaian pemeliharaan meter air pada tagihan rekening air minum pelanggan PDAM,” ujar Yudha.

Belakangan waktu, rencana penyesuaian tarif meter air itu menuai pro dan kontra. Banyak masyarakat mengeluh.

Pengamat Pemerintah dan Kebijakan Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Lambung Mangkurat, Arif Rahman Hakim bilang kebijakan itu tak tepat diambil ketika masyarakat kini sedang berusaha memulihkan keuangan dapur akibat pandemi Covid-19. Pemerintah, ujarnya, mestinya lebih paham dengan kondisi masyarakat saat ini.

“Kebijakan PDAM tentu kurang tepat saat kondisi pemulihan ekonomi masa pandemi Covid-19," kata Arif.

Mestinya pemerintah justru membantu masyarakat dengan mengurangi tarif atau memberi subsidi untuk masyarakat.

Senada, DPRD Banjarmasin meminta Pemkot tak usah menambah beban ekonomi masyarakat yang setahun belakangan terpuruk akibat pandemi Covid-19.

"Kami sarankan jangan ada perubahan tarif, di saat pandemi Pemkot jangan menambah beban rakyat, belum tepat saat ini," ujar Wakil Ketua DPRD Banjarmasin, Matnor Ali.

Untuk menaikkan tarif di PDAM tak semudah membalik telapak tangan. Harus melewati persetujuan DPRD selaku perpanjangan tangan rakyat. Harus melalui tahapan rapat di Komisi II yang membidangi PDAM. Kemudian diparipurnakan oleh DPRD Banjarmasin.

4 Juli, Wali Kota Banjarmasin akhirnya buka suara. Ibnu menyamakan penyesuaian biaya meter air ini seperti tarif parkir. Menariknya, Ibnu bilang polemik kenaikan harga sewa meter air masih sebatas usulan.

"Saya sudah ingatkan ke PDAM tidak boleh ada kenaikan tarif. Jadi ini perlu diluruskan," ucapnya.

"Itu belum disetujui sepenuhnya karena memang ada koreksi dari dewan pengawas," ujarnya lagi.

Ibnu mafhum pandemi saat ini kian menyusahkan masyarakat. Namun ia bilang PDAM juga merugi akibat biaya pemeliharaan meter air.

"Usulan ini mudah-mudahan bisa dipastikan lagi," ujarnya. "Sekali lagi, ini bukan soal tarif melainkan biaya sewa meter."

Kenaikan sewa meter air menyesuaikan golongan. Mulai dari 30 persen hingga 100 persen besarannya.

"Misalnya pelanggan punya tagihan Rp50 ribu pemakaian bulan ini. Jadi sewa meter ini tambahan Rp2 ribu, mirip bayar parkir," kata Ibnu.

Dewan Pengawas PDAM Bandarmasih turun gunung. Mereka pasang badan untuk penyesuaian tarif tersebut.

"Kebijakan ini terkait dengan kondisi yang dihadapi PDAM Bandarmasih. Sebelumnya, PDAM Bandarmasih telah mencabut kebijakan pemakaian minimal 10 meter kubik tentu untuk membantu masyarakat berpenghasilan rendah," ucap Ichwan Noor Chalik, Ketua Dewas PDAM Bandarmasih.

Kondisi keuangan PDAM Bandarmasih, sebut dia, terutama pada sisi perputaran uang (cash flow) kehilangan pemasukan hingga Rp 1,8 miliar. Itu belum termasuk target PAD yang dibebankan ke PDAM senilai Rp8 miliar.

6 Juli, DPRD memanggil Wali Kota Ibnu Sina, dan direksi PDAM Bandarmasih. Pertemuan yang direncanakan pada pukul 09.00 itu ngaret hampir satu jam lamanya. Wali kota tak menampakkan batang hidungnya. Ia hanya mengutus Plh Sekda Banjarmasin, Mukhyar.

DPRD ngotot PDAM Bandarmasih untuk membatalkan rencana penyesuaian biaya sewa meteran air. Hasilnya, mereka bersepakat menunda penyesuaian biaya meter air PDAM Bandarmasih.

"Kita sudah terbitkan untuk menunda hingga Desember," ujar Direktur Utama PDAM Bandarmasih, Yudha Ahmadi kepada bakabar.com.

Sebagai kompensasi, DPRD berjanji menggodok peraturan daerah sebagai syarat PDAM Bandarmasih mendapatkan penyertaan modal.

“Terkendala Perda. Secepatnya kita godok,” kata Wakil Ketua DPRD Matnor Ali.

Komisi II melaporkan perda soal perubahan badan hukum tertahan surat besaran aset yang dibukukan oleh BPKP.

“Sampai hari ini dokumen itu belum kita terima. Tapi tadi sudah disampaikan oleh pimpinan rapat kepada pak sekda di rapat. Kalau besok datang langsung kita proses,” kata Faisal Hariadi, Ketua Komisi II DPRD Banjarmasin.

“Insyaallah, sudah dipansuskan. Lagi digodok. Ini kita masih menunggu penyampaian aset PDAM,” ujar Matnor, Minggu 11 Juli.

Menarik dinanti realisasi janji DPRD Banjarmasin menggodok rancangan peraturan daerah PDAM Bandarmasih guna meraih penyertaan modal yang sempat 2 tahun lamanya mandek di legislatif.

img

Infografis: bakabar.com/Zulfikar

Komentar
Banner
Banner