Tak Berkategori

Perjuangkan Meratus, Puluhan Mahasiswa Ajak Masyarakat Jaga Paru-paru Dunia

apahabar.com, BANJARMASIN – Hari Bumi 2019, gelombang perjuangan dalam menjaga kelestarian pegunungan Meratus dari pertambangan batubara…

Featured-Image
Puluhan mahasiswa dari Lingkar Studi Ilmu Sosial dan Kemasyarakatan (LSISK) Universitas Islam Negeri (UIN) Antasari Banjarmasin melakukan aksi unjuk rasa terkait masifnya ancaman kelestarian Meratus dari korporasi ekstraktif Batubara, di Bundaran Hotel A Banjarmasin. Foto-apahabar.com/Muhammad Robby

bakabar.com, BANJARMASIN – Hari Bumi 2019, gelombang perjuangan dalam menjaga kelestarian pegunungan Meratus dari pertambangan batubara dan ekspansi perkebunan kelapa sawit terus bergulir.

Sedikitnya, puluhan mahasiswa dari Lingkar Studi Ilmu Sosial dan Kemasyarakatan (LSISK) Universitas Islam Negeri (UIN) Antasari Banjarmasin melakukan aksi unjuk rasa terkait masifnya ancaman kelestarian Meratus dari korporasi ekstraktif Batubara, di Bundaran Hotel A Banjarmasin, Senin (22/4/2019).

Puluhan massa tersebut menuntut pemerintah agar secepatnya mengambil sikap terhadap ancaman yang mengintai pegunungan Meratus. Mengingat, berdasarkan putusan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara (PTTUN) Jakarta yang menolak permohonan banding dari Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi), Kamis 14 Maret 2019 silam.

Banding tersebut diajukan setelah Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Jakarta memutuskan Niet Ontvankelijke Verklaard (NO) atas gugatan Walhi terhadap Surat Keputusan (SK) Nomor 441.K/30/DJB/2017 tentang penyesuaian tahap kegiatan PKP2B PT. Mantimin Coal Mining (MCM) menjadi tahap kegiatan operasi produksi.

Bukan hanya itu, pegunungan Meratus juga terancam oleh korporasi pemegang konsesi PKP2B lainnya, yakni PT Antang Gunung Meratus (AGM) yang berencana meningkatan kapasitas produksi pertambangan batubara dari 10 juta ton per tahun menjadi 25 juta ton pertahun milik PT. Antang Gunung Meratus (AGM) di kawasan Hulu Sungai Tengah (HST).

“Kita dengan tegas menolak adanya kegiatan eksploitasi batubara di Pegunungan Meratus,” ucap Ketua LSISK UIN Antasari, Abdul Hakim kepadabakabar.com.

Dari satu sisi, kata dia, Indonesia mesti bangga memiliki pegunungan Meratus sebagai paru-paru dunia. Di sisi lain, pemerintah memberikan konsesi PKP2B kepada PT Mantimin Coal Mining (MCM). Ini sungguh paradoks dan kontradiktif.

“Harusnya pemerintah sungguh-sungguh berkomitmen menjaga kelestarian alam yang masih bisa kita nikmati sampai hari ini,” cetusnya.

Dalam aksi tersebut, pihaknya mengimbau kepada masyarakat umum agar peduli terhadap kelestarian lingkungan, khususnya pegunungan Meratus. Menginformasikan kepada khalayak ihwal situasi lingkungan Kalsel dalam keadaan terancam.
“Masyarakat Kalsel mesti peduli dan empati terhadap pegunungan Meratus,” tutupnya.

Baca Juga: Hari Bumi 2019, Pencinta Alam Kalsel Tegaskan Sikap Save Meratus!

Baca Juga:Nasib Meratus di Tahun Politik 2019, Terkungkung Oligarki

Baca Juga: Rusak Lingkungan Itu Haram, MUI Dukung Save Meratus..!!

Baca Juga: Banding Gugur, Walhi: Bahaya Mengintai Meratus

Reporter: Muhammad Robby
Editor: Syarif

Komentar
Banner
Banner