Perekonomian Global

Perekonomian Global, Menkeu: Melemah Seiring Turunnya Angka PMI

Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut perekonomian global tengah melemah. Hal itu diukur dari Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur.

Featured-Image
Menkeu Sri Mulyani konferensi pers APBN Edisi Juli 2023 (Foto: tangkap layar Kanal Kemenkeu)

bakabar.com, JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menyebut perekonomian global sedang mengalami pelemahan. Hal itu diukur dari Purchasing Managers Index (PMI) atau indeks manufaktur.

"Kondisi global memang menunjukan kencenderungan perlemahan yang makin terlihat," ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Edisi Juli 2023 di Jakarta, Senin (24/7).

Monitoring, kata Menkeu, dilakukan terhadap negara-negara besar yang memiliki dampak besar terhadap perekonomian global. Negara-negara seperti Amerika, Jerman, Prancis, Inggris, Jepang, Korea Selatan saat ini mengalami PMI jauh di bawah 50%.

Baca Juga: April 2023, PMI Manufaktur Indonesia Capai 52,7

Negara-negara itu, sambung dia, merupakan negara yang memiliki pengaruh besar terhadap perekonomian global. Oleh karena itu, tak ayal perekonomian global kini melemah dan tidak dapat diprediksi.

Hal itu tentunya sangat mempengaruhi kinerja perekonomian global. Untuk itu, Indonesia harus selalu waspada. "Perlu kita wasapadai, artinya apakah ini kecenderungan akan terus melemah," ujarnya.

Lebih jauh, Sri menyampaikan, sebanyak 14,3% negara-negara global mengalami ekspansi yang terus terakselerasi. Negara tersebut di antaranya, Indonesia, Turki, dan Meksiko.

Baca Juga: Kontribusi Manufaktur Terhadap PDB, Bappenas Targetkan Capai 30 Persen

"Artinya Indonesia terus bertahan pada posisi ekspansi dan bahkan sekarang posisi akselerasi sementara sebagian besar negara-negara yang merupakan pelaku ekonomi dunia mengalami deselerasi," ujarnya.

Pada Juni 2023, indeks manufaktur Indonesia (Purchasing Managers' Index) meningkat dari 50,3 pada Mei, menjadi 52,5. Artinya, aktivitas manufaktur nasional masih tetap terjaga pada zona ekspansif. Selama 22 bulan berturut-turut angka PMI Indonesia di atas 50.

Penguatan PMI manufaktur didorong oleh tingkat permintaan yang masih resilien serta meningkatnya kapasitas produksi dan kebutuhan tenaga kerja. Di kawasan Asia Tenggara, kinerja sektor manufaktur menunjukkan perkembangan yang beragam.

Thailand dan Myanmar tercatat ekspansif pada bulan lalu yakni masing-masing di level 53,2 dan 50,4. Sementara, Malaysia dan Vietnam masih terkontraksi di level 47,7 dan 46,2.

Editor
Komentar
Banner
Banner