bakabar.com, JAKARTA - Hasil survei S&P Global menunjukkan Purchasing Manager’s Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada April 2023 berada di posisi 52,7 atau naik dibanding Maret 2023 di posisi 51,9 ditopang oleh permintaan domestik yang terus menguat.
“Alhamdulillah, PMI manufaktur Indonesia di atas titik netral, yakni 50,0 atau dalam tahap ekspansi yang telah dilewati selama 20 bulan berturut-turut. Kinerja baik ini terus kita jaga dan perlu ditingkatkan lagi,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita lewat keterangan resmi di Jakarta, Selasa (2/5).
Menperin Agus mengemukakan kondisi ekspansi pada PMI manufaktur Indonesia tersebut sesuai dengan hasil Indeks Kepercayaan Industri (IKI) bulan April 2023 yang menembus angka 51,38.
“Dengan terlihatnya hasil PMI dan IKI yang berada di posisi ekspansi, artinya para pelaku industri dan investor di Indonesia tetap optimistis dan percaya diri dalam menjalankan usahanya," katanya.
Baca Juga: Turunnya Indeks PMI Manufaktur AS, Rupiah Menguat
Selain itu, lanjut dia, mereka punya keyakinan besar terhadap kondisi pasar yang semakin membaik, dengan didukung berbagai program dan kebijakan pemerintah dalam menciptakan iklim usaha yang kondusif.
Menperin Agus mengungkapkan sektor industri di sebagian negara maju masih mengalami kontraksi, dilihat dari skor PMI manufakturnya, seperti Jerman (44,0), Prancis (45,5), Inggris (46,6), Korea Selatan (48,1), dan Jepang (49,5).
“Jadi, di tengah pelemahan PMI manufaktur negara-negara maju tersebut, PMI manufaktur Indonesia tetap tumbuh secara akseleratif dan impresif,” imbuhnya.
Menperin menegaskan guna lebih memperkuat permintaan pasar domestik, Kemenperin fokus untuk mengoptimalkan program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN), termasuk pada proses pengadaan barang dan jasa di pemerintah pusat dan daerah serta BUMN dan BUMD.
Baca Juga: PMI Manufaktur RI Ekspansif, Sektor Industri Nonmigas Kian Menderu
“Selain itu, kami proaktif memacu perluasan pasar ekspor, terutama ke negara-negara nontradisional,” ujarnya.
Hannover Messe 2023
Pada perhelatan Hannover Messe 2023 beberapa waktu lalu, telah terjadi sejumlah kesepakatan kerja sama yang ditandatangani oleh Pemerintah Indonesia dan pelaku industri nasional dengan para negara mitra dan investor global.
Ia berharap kerja sama khususnya di sektor industri akan dapat membawa dampak positif dalam peningkatan daya saing industri dalam negeri dan membuka akses pasar yang lebih luas.
Pada penyelenggaraan pameran teknologi industri terbesar di dunia tersebut, Indonesia juga mencatat hasil yang menggembirakan sebagai Partner Country untuk yang ketiga kalinya.
Baca Juga: PMI Manufaktur Indonesia Turun, Menkeu: Kita Harus Waspada
Hingga hari keempat pelaksanaan Hannover Messe 2023, terdapat satu kesepakatan kerja sama G to G, empat kesepakatan kerja sama G to B, dan 25 kesepakatan kerja sama B to B yang diproyeksikan dapat menciptakan lapangan kerja sekitar 80.000 orang.
Hannover Messe 2023 juga dihadiri oleh ratusan ribu pengunjung, memberikan exposure besar kepada 157 co-exhibitors asal Indonesia.
Sementara itu, terkait hasil PMI manufaktur Indonesia pada April, Tim Moore selaku Economics Director S&P Global Market Intelligence memberikan pandangan bahwa sektor industri manufaktur di Indonesia terus mendapatkan momentum yang baik.
Kondisi bisnis ini menggambarkan permintaan domestik yang menguat, sehingga mendorong kenaikan tercepat pada permintaan baru dan volume produksi selama tujuh bulan.
Baca Juga: Indeks Manufaktur Lebih Baik dari Perkiraan, Dolar Menguat
Produsen barang tampak bersemangat tentang prospek pertumbuhan jangka pendek, dengan kepercayaan diri terhadap ekspansi output paling tinggi sejak bulan November.
"Terlebih lagi, lapangan kerja terus berlanjut pada bulan April dan stok pembelian terakumulasi pada laju tercepat selama 16 bulan untuk mengantisipasi kenaikan jadwal produksi,” jelas Tim Moore.