bakabar.com, JAKARTA – Perekonomian China tengah menghadapi tantangan risiko gagal bayar untuk perusahaan-perusahaan tertentu.
“Karena salah urus,” ujar Gubernur Bank Sentral China (PBOC – People's Bank of China) Yi Gang, dilansir Antara, Minggu (17/10).
Kekhawatiran telah berkembang dalam beberapa pekan terakhir atas kemungkinan runtuhnya pengembang properti China Evergrande Group.
Perusahaan pengembang properti terbesar kedua ini memiliki kewajiban lebih dari 300 miliar dolar AS dan telah melewatkan tiga putaran pembayaran bunga pada obligasi dolarnya.
Ketika perusahaan bergulat dengan utangnya, kekhawatiran tentang kemungkinan limpahan risiko kredit dari sektor properti China ke ekonomi yang lebih luas telah meningkat.
Yi Gang mengatakan risiko gagal bayar untuk beberapa perusahaan dan kesulitan operasional bank kecil dan menengah adalah salah satu tantangan bagi ekonomi China.
“Pihak berwenang terus mengawasi sehingga mereka tidak menjadi risiko sistematis.”
Ekonomi China diperkirakan tumbuh 8,0 persen di tengah ancaman pandemi Covid-19 tahun ini.
Karenanya, bank sentral pertama-tama akan mencoba mencegah masalah di Evergrande menyebar ke perusahaan real estate lainnya untuk menghindari risiko sistematis yang lebih luas, tambahnya.
Krisis yang bergemuruh di Evergrande dan pengembang perumahan utama lainnya mendorong premi risiko pasar utang pada perusahaan-perusahaan China yang lebih lemah ke rekor tertinggi pekan lalu dan memicu putaran baru penurunan peringkat kredit.
"Kepentingan kreditur dan pemegang saham akan sepenuhnya dihormati sesuai dengan hukum," kata Yi. "Hukum telah dengan jelas menunjukkan senioritas kewajiban,” sambungnya dalam “Seminar Perbankan Internasional Kelompok 30” yang bertepatan dengan pertemuan tahunan Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia.
Bank sentral akan memberikan prioritas tertinggi pada perlindungan konsumen dan pembeli rumah, dengan tetap menghormati hak-hak kreditur dan pemegang saham.
“PBOC mengambil berbagai langkah untuk menangkis risiko keuangan, seperti menambah modal untuk bank kecil dan menengah, kata Yi Gang.
Ekonomi terbesar kedua di dunia itu telah mencatat rebound yang mengesankan dari pandemi tetapi ada tanda-tanda pemulihan kehilangan tenaga.
"Pertumbuhan ekonomi sedikit melambat, tetapi lintasan pemulihan ekonomi tetap tidak berubah," katanya.
Mengenai pengembangan yuan digital, Yi Gang mengatakan PBOC akan fokus pada penggunaan domestik dan ritelnya karena penggunaan lintas batas dan internasional sedikit rumit terkait persyaratan atas masalah-masalah seperti pencucian uang.
"Kami akan bekerja sama erat dengan komunitas bank sentral," katanya.
Ia menambahkan bahwa menggunakan yuan digital sebagai alat untuk mempromosikan inisiatif bukan menjadi prioritas pihaknya saat ini.