bakabar.com, JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai di tengah dinamisnya dinamika perekonomian global menyebabkan kinerja intermediasi di beberapa sektor ekonomi nasional ikut terimbas, bahkan mengalami penurunan.
Hanya saja, stabilitas sektor jasa keuangan domestik tetap terjaga dengan permodalan solid, profil risiko terjaga dan likuiditas yang memadai. Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar menilai hal itu menjadi kekuatan Indonesia.
Di samping itu, kata Mahendra, ketidakpastian negosiasi debt-ceiling di Amerika Serikat (AS) telah meningkatkan volatilitas di pasar keuangan global khususnya di pasar surat utang yang sempat mereda, seiring tekanan terhadap perbankan global.
Baca Juga: Hingga Mei 2023, OJK Setop Kegiatan 155 Pinjol Ilegal
”Selain itu, tingkat inflasi yang persisten di level tinggi, kinerja perekonomian dan pasar tenaga kerja di AS yang masih solid diperkirakan akan kembali memicu kenaikan suku bunga kebijakan di AS,” ujar Mahendra dalam Konferensi Pers, Selasa 6 Juni 2023.
Karena itu, Mahendra mengingatkan, tren pelemahan perekonomian global masih terus berlanjut terutama tercermin dari penurunan aktivitas industri dan perdagangan internasional. Hal lainnya, terkait kondisi geopolitik yang masih belum stabil.
"Pertumbuhan perekonomian Tiongkok yang lebih rendah daripada ekspektasi semula, penurunan harga komoditas, serta fragmentasi geopolitik," terang Mahendra.
Baca Juga: April 2023, OJK Catat Kredit Perbankan Capai Rp6.464 Triliun
Sekalipun gejolak global begitu mengkhawatirkan, kata Mahendra, kinerja perekonomian nasional terpantau relatif stabil dengan inflasi mengalami penurunan menjadi 4 persen.
"Kinerja sektor manufaktur masih melanjutkan ekspansi dengan Purchasing Managers Index (PMI) di Mei 2023 menjadi 50,3, namun melambat dibandingkan bulan sebelumnya pada April 2023, 52,7," jelasnya.
Neraca perdagangan juga mencatatkan surplus di April 2023 meski kinerja ekspor mengalami kontraksi yang cukup dalam dipengaruhi turunnya harga dan volume komoditas ekspor utama Indonesia.