“Mereka mau memberikan kabar kepada keluarga," ujarnya ditemui bakabar.com, Senin (18/10) malam. Kala itu juga ustaz yang biasanya mengajar di TPA kebetulan sedang pulang ke kampung halamannya.
Di TPA, pagi itu mereka sedang tidak berkegiatan selain bersantai, rebahan, dan mencuci pakaian. Tiba-tiba saja terdengar teriakan dari luar TPA, “Maling-maling!"
Karena mendengar teriakan tersebut mereka lantas mengamankan diri dengan menutup segala akses masuk seperti pintu dan jendela. Para mahasiswi kemudian bersembunyi di sudut ruangan TPA seluas 5×7 meter ini.
5 menit berselang, ada seseorang mengetuk pintu TPA yang menjadi lokasi persembunyian dengan keadaan yang sangat panik. Mereka memanggil-manggil para mahasiswi untuk meminta pertolongan.
"Kakak KKN tolong," begitu ujar AL menirukan suara wanita yang menjerit minta tolong tersebut.
Awalnya para mahasiswi tersebut enggan membukakan pintu lantaran takut jika hal tersebut adalah jebakan hingga membuat mereka menjadi sasaran empuk kawanan rampok.
Namun pada saat pihaknya membuka jendela ternyata suara yang meminta pertolongan dan mengetuk pintu adalah Acil Idah, adik dari Julak (50) korban atau istri dari Paman Musa.
"Kemudian kami keluar dan baru sadar kalau teriakan yang sebelumnya bukan maling namun rampok," ungkapnya.
Sesaat setelahnya mereka memberanikan diri untuk keluar TPA ke arah Jalan Trans Kandangan. Dari arah Batulicin menuju Kabupaten Banjar melintas mobil pikap.
Para mahasiswi tersebut kemudian berinisiatif memberhentikan dan meminta bantuan untuk mengantarkan mereka ke Dusun Bancing.
"Di Desa Bancing ini ada Pos Polisi, juga karena di dusun yang kami tempati tidak ada laki-laki yang berani melawan para perampok itu," terangnya.
Namun sayangnya sopir pikap tersebut malah memutar arah dan tidak mau menolong. Tak berselang lama melintas pengendara roda dua dan diberhentikan oleh mereka. Hasilnya sama, mereka tak mau menolong.
Kala sibuk meminta pertolongan, mereka melihat Julak diseret dan dipukul oleh kawanan perampok menggunakan senjata laras panjang.
"Saya terkejut karena melihat orang yang kami kenal diseret keluar dari warung seperti binatang saya spontan berteriak," ungkapnya.
Mendengar teriakan dari para mahasiswi tersebut, lantas satu orang dari kawanan perampok yang mengenakan baju merah dengan celana jeans panjang dan menggunakan penutup kepala berbadan tidak terlalu tinggi dengan badan sedang menodongkan senjata laras panjang ke arah mereka.
"Kami diberikan aba-aba oleh salah seorang perampok ingin ditembak jika melakukan perlawanan," jelasnya.
Mendapat intimidasi demikian, mereka lantas panik dan langsung masuk ke dalam TPA serta memanggil Acil Idah untuk ikut masuk untuk bersembunyi.
Namun si acil -sebutan yang digunakan orang Banjar untuk memanggil Bibi- tidak menghiraukan panggilan mereka. Pengepul emas Paramasan ini memilih lari ke arah Bancing untuk meminta pertolongan.
15 menit pasca-kejadian, barulah masyarakat berdatangan. Namun kawanan perampok yang berjumlah 6 orang tersebut sudah melarikan diri ke arah Dusun Emil atau lebih tepatnya ke arah Batulicin.
Para mahasiswa tersebut menerangkan jika ciri-ciri khusus dari salah satu perampok; memakai kaos lengan pendek berwarna merah; memakai penutup kepala dengan badan yang tidak terlalu tinggi; untuk spesifik rambut dan lainnya tidak dapat dikenali karena memakai penutup wajah hingga kepala.
"Yang kami lihat cuman satu orang itu saja, yang menodong kami dengan senjata laras panjang,” ujarnya.
Sementara perampok lainnya yang seorang di antaranya juga menggenggam benda menyerupai pistol sibuk mencari barang berharga di warung milik Julak istri dari Paman Musa.
Mahasiswi LY menambahkan jika kawanan perampok tersebut seperti sudah terkoordinir. Sebab, tiga orang dari kawanan perampok tampak mengawasi dan menjaga bagian jalan trans Kandangan untuk menghindari adanya perlawanan warga.
"Untuk tiga orang lainnya sibuk di dalam warung untuk mencari harta benda dan menyekap istri Paman Musa," terangnya.
Para mahasiswi tersebut mengatakan untuk saat ini belum ada dimintai keterangan dari pihak berwajib, namun beberapa saat yang lalu pihaknya melihat ada dua polisi yang datang ke tempat kejadian.
Pasca-kejadian tersebut mereka merasa trauma bahkan jika ada yang lewat saat tengah malam mereka menjadi waswas. Mendengar suara orang berteriak mereka cemas.
"Beberapa hari setelah kejadian itu memang kami sangat trauma, namun untuk saat ini sudah berkurang rasa takut itu," timpal LY.
Dari kabar yang beredar di sekitar tempat kejadian menurut keterangan para mahasiswi tersebut para perampok sudah menargetkan rumah milik Julak atau Salamiah (39).
Namun karena merasa kurang banyak uang dan emas yang didapat dari rumah Julak -panggilan dalam bahasa Banjar untuk orang yang lebih tua- mereka langsung beraksi ke rumah Acil Idah yang letaknya hanya selemparan batu dari TKP awal.
Para mahasiswi ini berharap agar kasus ini segera diusut tuntas. Setahu mereka, masyarakat di Paramasan Bawah saat ini sangat was-was bahkan untuk bekerja meninggalkan keluarga dan harta benda juga sekadar untuk beribadah pun takut meninggalkan rumah.
"Kalau bisa kasus ini bisa terungkap secepatnya kasihan masyarakat di sana, kami yang hanya sementara di sana saja merasa takut apalagi mereka yang tinggal dan menetap di sana," tutupnya.
Kerugian Korban
Teror Perampok Emas Berpistol di Jalur Kandangan-Batulicin, Polisi Mulai Bergerak
Polisi telah menghimpun total kerugian dari perampokan yang menimpa Salamiah dan Idah.
Dari tangan Salamiah (39) saja, total kerugian akibat perampokan yang viral di media sosial ini mencapai Rp7 juta rupiah, dan emas mentah seberat 15 gram.
Baca selengkapnya di halaman selanjutnya: