Penerbitan Utang Baru

Per Mei 2023, Sri Mulyani: Kita Tarik Utang Baru Rp 150,4 Triliun

Menteri Keuangan Sri Mulyani mencatat realisasi pembiayaan melalui penerbitan utang baru per Mei 2023 mencapai Rp150,4 triliun.

Featured-Image
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani dalam acara Serah Terima Aset Eks BLBI di Jakarta, Selasa (06/06/2023). Foto: ANTARA

bakabar.com, JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mencatat realisasi pembiayaan melalui penerbitan utang baru per Mei 2023 mencapai Rp150,4 triliun.

Rinciannya, penerbitan utang melalui Surat Berharga Negara (SBN) hingga Mei 2023 tercatat mencapai Rp144,5 triliun, meningkat 92,0 persen secara tahunan. Sementara itu, penarikan utang melalui pinjaman hingga Mei 2023 baru terealisasi sebesar Rp5,9 triliun, turun dari posisi yang sama pada tahun lalu sebesar Rp16,0 triliun.  

Secara total, angka pembiayaan utang meningkat sebesar 64,9 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu. Namun, jika dibandingkan dengan target pembiayaan utang pada 2023, realisasi hingga Mei 2023 baru sebesar 21,6 persen.

"Penerbitan utang yang meningkat tinggi hingga Mei 2023 sesuai dengan strategi pengelolaan dan timing pembiayaan tahun ini, karena kita memang dalam situasi di mana penerimaan cukup kuat dan surplus anggaran menyebabkan kita semuanya melakukan berbagai re-strategi untuk penurunan issuance utang kita" ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita, Senin (26/6).

Baca Juga: Program Keringanan Utang, Kemenkeu: Debitur Silahkan Manfaatkan

Lebih lanjut, Mei 2023 pemerintah menerbitkan Samurai Bond sebesar 104,8 miliar yen Jepang atau setara dengan USD760 juta. Penerbitan Samurai Bonds tersebut mencakup penerbitan Blue Bonds sebesar 20,7 miliar yen Jepang. Transaksi tersebut mendapatkan apresiasi dan respons positif dari investor Jepang.

“Memang masyarakat investment fund di seluruh dunia mengharapkan diterbitkannya lebih banyak surat utang yang bertema environment baik itu blue bonds, green bonds, atau pun SDGs Bond," ujar Sri Mulyani

Dia menambahkan, "ini memang menjadi tren global dari sisi pembiayaan. Jadi Indonesia sudah dalam posisi yang cukup baik dalam memanfaatkan appetite global."

Editor
Komentar
Banner
Banner