Menurutnya sebelum adanya pandemi Covid-19, dirinya memiliki 4 toko yang omset dari masing-masing toko dalam 1 bulan dari penjualan mainan tradisional bisa mencapai Rp10 juta sampai Rp12 juta dari 1 toko.
Namun ketika pandemi otomatis Hidayat harus menutup 2 tokonya dan melakukan pengurangan karyawan. Hal itu dilakukan untuk tetap bisa bertahan dalam kondisi sulit tersebut.
“Saat ini kondisi usaha masih sedang merangkak naik jadi untuk omset masih sekitar Rp6 juta sampai Rp8 juta. Dengan untung bersih bisa sekitar Rp3 sampai Rp4 juta untuk 1 toko,” paparnya.
Dengan keuntungan bersih tersebut, ia mengaku sudah sangat terbatas untuk memenuhi kebutuhan. Maka untuk bisa tetap bertahan, Hidayat mengambil semua proyek dari luar seperti bazar sekolah dan acara kebudayaan yang mana dari proyek itulah omset dari usaha mainan ini bisa jauh lebih tinggi.
Selain mengandalkan proyek, menurutnya kunci untuk tetap bisa memepertahankan usaha adalah dengan bisa beradaptasi dengan perubahan dan melakukan inovasi.
Dirinya memberikan contoh ketika anak sekarang meminati truk oleng, maka permainan tradisional harus bisa mengikuti, karena hanya permainan tradisonal yang bisa memiliki itu.
“Makanya perkembangan juga kita alamin. Mulai dari bikin pesawat kayu, truk, bis, bajai itu mulai dari desain zaman dulu sampai sekarang kita ngikutin zaman,” tutupnya.