bakabar.com, JAKARTA - Zannuba Ariffah Chafsoh atau yang akrab disapa Yenny Wahid dinilai melempar sinyal kuat yang bersedia dipinang sebagai cawapres dalam gelaran Pilpres 2024.
Bahkan Yenny dapat menjadi alternatif untuk seluruh calon presiden yang tersedia.
"Ini sinyal yang bagus bagi tiga bakal capres yang sudah mengantongi tiket capres, yakni Prabowo, Ganjar, dan Anies. Ketiga capres ini merebut figur pendamping dari kalangan nahdliyin," kata Pengamat politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI) Ujang Komarudin, Minggu (13/8).
Baca Juga: Yenny Wahid Dukung AHY jadi Cawapres Anies di Pilpres 2024
Kini hanya 3 capres yang mengemuka di ruang publik, yakni Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Prabowo Subianto. Maka ia menilai figur Yenny dapat menolong elektoral ketiga calon presiden.
Terlebih secara kultural maupun struktural, Yenny Wahid memenuhi prasyarat dalam melengkapi konfigurasi politik capres di Pilpres 2024.
"Semua bakal capres dengan koalisi yang telah terbentuk, menginginkan calonnya dari kalangan Nahdlatul Ulama (NU)," ujarnya.
Baca Juga: Puan Maharani Tak Persoalkan Ganjar Dekat dengan Yenny Wahid
Baca Juga: Pimpinan KPK Takkan Mundur Buntut Polemik Korupsi Kabasarnas
Direktur Indonesia Political Review (IPR) itu juga membeberkan Yenny bahwa terdapat peluang sebagai bakal calon wakil presiden. Namun sejauh ini baru Yenny yang berani secara terbuka mengatakan siap bila ada yang melamar.
"Tokoh NU ini kan banyak yang muncul di berbagi survei misal ada Khofifah, Kiai Said Aqil Siradj, Ketum PB NU Yahya Cholil Staquf, dan lainnya. Namun baru Mbak Yenny yang mengaku siap. Tentu ini bisa menjadi pertimbangan bagi capres yang ada," jelasnya.
Baca Juga: Erick Thohir-Yenny Wahid Kompak Pandu Peringatan Harlah Satu Abad NU
Ujang mengungkapkan tokoh NU selalu menjadi rebutan setiap pilpres karena jumlah warganya yang mencapai puluhan juta di seluruh Indonesia.
Dalam hal ini, Yenny Wahid sangat merepresentasikan NU karena dia merupakan keturunan dari KH. Hasyim Asy'ari Sang Pendiri NU.
"Mbak Yenny ini sangat mewakili kaum nahdliyin, meskipun saat ini tidak berada di struktural. Namun dia ini dianggap mewakili NU karena bapaknya mantan Ketum PBNU dan kakek buyutnya pendiri NU," pungkasnya.