Pelambatan Ekonomi

Pelambatan Ekonomi Global Sedikit Pengaruhi Ekspor

Ekonom Institut Pertanian Bogor (IPB) Anny Ratnawati mengatakan pelambatan ekonomi global berpotensi mempengaruhi ekspor Indonesia

Featured-Image
Tangkapan layar ekonom IPB Anny Ratnawati dalam dialog “Peran APBN dalam Pemulihan Ekonomi” yang dipantau di Jakarta, Senin (12/12). ANTARA/Sanya Dinda.

apajabar.com, JAKARTA- Ekonom Institut Pertanian Bogor (IPB) Anny Ratnawati mengatakan pelambatan ekonomi global berpotensi mempengaruhi ekspor Indonesia.

“Kalau perekonomian global melambat, yang pertama akan terdampak adalah ekspor kita. Apakah signifikan, belum tahu,” kata Anny dalam dialog “Peran APBN dalam Pemulihan Ekonomi” di Jakarta, Senin dikiutip dari Antaranews.com.

Ia menjelaskan perekonomian global tidak akan mengalami resesi yang ditandai dengan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) minus dua kuartal berturut-turut.

Namun, perekonomian berpotensi mengalami pelemahan pada 2023.

Pelemahan ini tampak juga pada tiga negara mitra dagang Indonesia yakni China, India dan Amerika Serikat.

China diproyeksikan tumbuh sampai 4,4 persen pada 2023, Amerika Serikat tumbuh 1 persen dan India tumbuh 6,1 persen.

Pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat dan India pada 2023 diproyeksikan lebih rendah dari 2022 yang masing-masing sebesar 1,6 persen dan 6,3 sampai 6,8 persen.

Menurutnya ekspor mungkin akan terganggu, tapi tidak terlalu besar, karena ekspor Indonesia unik.

"Kita memang ekspor kopi dan coklat juga, tapi penyumbang ekspor terbesar seperti besi baja, nikel, bauksit, dan batu bara itu komoditas yang tidak bisa diganti,” tutur Anny.

Adapun dengan potensi pelemahan ekonomi global, ia mengatakan pemerintah perlu memastikan kebutuhan pangan masyarakat dapat terpenuhi.

Pemerintah harus melanjutkan program-program ketahanan pangan.

“Tahun depan, kalau betul ada El Nino dan kekeringan, Vietnam sudah mengatakan mereka tidak mau mengekspor beras, Amerika Serikat juga akan menahan gandumnya, jadi ini perlu diperhatikan,” ucap Anny.

Program ketahanan energi juga perlu dilanjutkan melalui program pengembangan produksi energi baru dan terbarukan (EBT) seperti B30.

“Kita punya banyak CPO (Crude Palm Oil). Kalau pasar global mengalami penurunan permintaan, kita perlu mengerjakan B30 dan B40 agar permintaan domestik bisa menyerap CPO untuk mengantisipasi kelebihan produksi,” ujar Anny.

Editor


Komentar
Banner
Banner