Kabar Rupiah

Pelaku Pasar Keluar dari Aset Berisiko Akibat Peringkat Utang AS

Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra menyatakan penurunan peringkat utang AS oleh Fitch Rating dorong pelaku pasar keluar dari aset berisiko, termasuk rupiah.

Featured-Image
Ilustrasi - Petugas perbankan menghitung uang pecahan rupiah. Foto: ANTARA

bakabar.com, JAKARTA - Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra menjelaskan penurunan peringkat utang Amerika Serikat (AS) oleh Fitch Rating mendorong pelaku pasar keluar dari aset berisiko seperti aset emerging markets, termasuk rupiah.

“(Penurunan yang diberikan) satu notch, AAA jadi AA+,” ujar Ariston di Jakarta, Rabu (2/8).

Menurut dia, dampak penurunan ini bisa saja sementara. Pelaku pasar disebut bakal kembali lagi masuk ke aset berisiko, seperti yang terjadi ketika S&P menurunkan peringkat utang AS di tahun 2011.

“Selama tingkat imbal hasil di emerging markets termasuk Indonesia masih memberikan tingkat imbal hasil dan peluang yang menarik, pelaku pasar akan masuk kembali,” ungkap Ariston.

Baca Juga: Pengaruh Kenaikan Yield Obligasi AS, Rupiah Rabu Melemah

Senada, Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyampaikan bahwa penurunan peringkat utang AS oleh Fitch Rating mengejutkan investor, meskipun ada resolusi krisis plafon utang dua bulan lalu.

“Ini mengutip kemungkinan penurunan fiskal selama tiga tahun ke depan dan mengulangi negosiasi plafon utang yang mengancam kemampuan pemerintah untuk membayar tagihannya,” ucap Ibrahim.

Pada pembukaan perdagangan tadi, Analis Bank Woori Saudara (BWS) Rully Nova mengatakan pelemahan rupiah terhadap dolar AS dipengaruhi kenaikan indeks dolar AS dan yeild obligasi pemerintah AS.

“(Kenaikan itu) disebabkan oleh wait and see data manufaktur AS dan data tenaga kerja non pertanian AS yang akan rilis Jumat ini,” katanya.

Baca Juga: Tekanan Inflasi Cukup Tinggi, KSSK: Nilai Tukar Rupiah Tetap Aman

Selain itu, pergerakan rupiah diprediksi masih akan tertekan karena ekonomi AS semakin menguat dan data manufaktur China yang memburuk. Data Purchasing Managers Index (PMI) China (versi Caixin) menunjukkan kontraksi 49,2 pada Juli 2023 dari 50,5 pada Juni 2023.

Pada penutupan perdagangan hari, rupiah mengalami pelemahan sebesar 0,39 persen atau 60 poin menjadi Rp15.175 per dolar AS dari sebelumnya Rp15.115 per dolar AS.

Adapun Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Senin melemah ke posisi Rp15.171 dari sebelumnya Rp15.117.

Editor
Komentar
Banner
Banner