bakabar.com, BANDUNG - Pedagang Pasar Baru Bandung ikut mengometari Kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) khususnya di Provinsi Jawa Barat. Mereka khawatir kenaikan UMP berpengaruh pada daya beli.
"UMP salah satu indikator. Bisa saja pertumbuhan ekonomi melambat, berujung pada daya beli menurun. Jadi ada pengaruh," ujar Ketua Himpunan Pedagang Pasar Baru Iwan Suhermawan di Pasar Baru Bandung, Jumat (24/11).
Iwan menyebutkan jika banyak variabel yang memengaruhi daya beli turun. Jangankan UMP, harga cabai naik pun berpengaruh pada inflasi.
Baca Juga: Harga Pangan Naik, DPRD Kaltim Minta Pemerintah Lakukan Operasi Pasar
"Daya beli turun variabel banyak, bukan hanya UMP yang naiknya rendah, misal kemarau panjang dan banyak gagal panen di daerah-daerah itu bisa berpengaruh terhadap inflasi," ungkapnya.
Iwan menambahkan efek inflasi turun ikut mempengaruhi daya beli. Cabai naik aja inflasi, kata dia apalagi UMP yang berakibat ratusan ribu, bahkan juta.
Selain itu, pertumbuhan ekonomi juga belum sepenuhnya normal usai Pandemi COVID-19. Meski, perekonomian sudah berjalan lagi dibandingkan saat COVID-19, namun dia menilai pertumbuhan ekonomi masih lambat.
"Sudah lebih baik dari kemarin, tapi pertumbuhan ekonomi melambat. Karena banyak juga, seperti mereka buka pabrik, aktivitas berjalan. Tapi kan terevaluasi misalnya produksi turun ada pengurangan tenaga kerja itu berpengaruh terhadap daya beli. Misal orang dikeluarkan kerja di pabrik otomatis daya belinya hancur," tuturnya.
Baca Juga: Pasar Rejowinangun, Tertua dan Terbesar di Magelang, Eksis sejak 1923
Di tempat sama, Ismail salah satu pedagang di Pasar Baru Bandung berharap, kenaikan UMP seimbang dan daya beli tetap terjaga.
"Kita mah gak mau daya beli turun, apalagi sampai terjadi inflasi, karena bisa repot semuanya apalagi dampak perekonomian," ujarnya singkat.
"Harapannya seimbang, enggak ngerugiin buruh dan tidak memberatkan pengusaha," tambahnya.