Nasional

PDIP: Tolok Ukur Pemimpin Bukan Cuma dari Survei

apahabar.com, JAKARTA – Sekretaris Jenderal DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Hasto Kristiyanto menilai masih terlalu…

Featured-Image
Sekretaris Jenderal DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Hasto Kristiyanto. Foto-Istimewa

bakabar.com, JAKARTA – Sekretaris Jenderal DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Hasto Kristiyanto menilai masih terlalu dini berbicara nama pasangan capres dan cawapres yang akan diusung pada di Pilpres 2024.

Hal tersebut disampaikan oleh Hasto menanggapi mencuatnya elektabilitas Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo di sejumlah survei terbaru. Nama Ganjar bahkan baru-baru ini mampu bersanding dengan Calon Capres potensial lainnya seperti Menteri Pertahanan Prabowo Subianto.

“Untuk berbicara tentang pemimpin nasional dengan tanggung jawab lebih dari 270 juta rakyat Indonesia, semua harus dipersiapkan dengan matang. Melalui proses kaderisasi kepemimpinan, itulah yang sedang dilakukan PDIP,” ujarnya kepada wartawan di kantor DPP PDIP Perjuangan, Jakarta Pusat, Sabtu (23/10)

Hasto mengatakan Komisi Pemilihan Umum sendiri masih belum mengambil keputusan terkait kapan Pemilu 2024 akan diselenggarakan berserta tahapan-tahapannya. Oleh sebab itu, Hasto menilai masih terlalu dini untuk berbicara nama capres dan cawapres yang akan didorong pada pesta demokrasi mendatang.

Kendati demikian, dirinya mengaku tidak mempermasalahkan hasil survei tersebut yang memunculkan nama salah satu kader partai. Dia menilai hal itu merupakan bentuk penilaian dari rakyat terhadap para calon-calon pemimpin bangsa.

Hanya saja, Hasto mengatakan tolok ukur seorang pemimpin bagi bangsa dan negara tidak ditentukan melalui survei semata. Tetapi juga berdasarkan kapasitas dan visi ke depan dalam membangun negeri.

“Tolok ukur seorang pemimpin bagi bangsa dan negara tidak semata-mata ditentukan oleh survei. Kita mencari bukan pemimpin yang hanya menyenangkan semua pihak, tapi pemimpin yang punya tanggung jawab bagi masa depan bangsa dan negara,” tuturnya.

Di sisi lain, dia juga menyinggung era kepemimpinan sebelum Presiden Jokowi yang hanya mengandalkan elektabilitas dan popularitas semata tetapi tidak mampu memberikan hasil yang terbaik bagi Indonesia.

“Kalau kita lihat Pak SBY dulu surveinya juga tinggi tapi keputusan politiknya bagaimana? Ini menjadi pendidikan politik bagi kita. Kita mencari sosok pemimpin yang berani mengambil tanggung jawab, berani mengambil keputusan meski pahit,” tutur Hasto.

Ia menambahkan, akan ada banyak pekerjaan rumah yang harus dituntaskan oleh capres mendatang. Karenanya, ia menilai diperlukan pertimbangan yang matang dan sosok yang bisa menjawab seluruh tantangan tersebut.

“Tantangan-tantangan internasional, ketegangan di Laut China Selatan, krisis di Timor Tengah yang belum selesai, dan beban dari kebijakan fiskal kita terhadap hutang akibat pandemi ini,” ujarnya.

“Itu menjadi tanggung jawab bagi pemimpin yang akan datang, jadi pemimpin itu harus dipersiapkan dengan sebaik baiknya,” tegas dia.



Komentar
Banner
Banner