Tercantum dalam Surah Ali Imran 8-9:
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ اِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَّدُنْكَ رَحْمَةً ۚاِنَّكَ اَنْتَ الْوَهَّابُ، رَبَّنَآ اِنَّكَ جَامِعُ النَّاسِ لِيَوْمٍ لَّا رَيْبَ فِيْهِ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَا يُخْلِفُ الْمِيْعَادَ
Artinya: “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau condongkan hati kami kepada kesesatan setelah Engkau berikan petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi. Ya Tuhan kami, Engkaulah yang mengumpulkan manusia pada hari yang tidak ada keraguan padanya. Sungguh, Allah tidak menyalahi janji" (QS Ali 'Imran: 8-9).
Imam Al-Qurtubi menjelaskan bahwa doa ini merupakan permohonan yang dipanjatkan oleh orang-orang yang mendalam ilmu. Doa ini juga dapat dipahami sebagai perintah kepada Nabi Muhammad SAW untuk menggunakan doa tersebut. (Tafsir al-Qurthubi, 4: 19).
Hal ini diperkuat oleh riwayat yang disampaikan Ummu Salamah bahwa Nabi Muhammad SAW menggunakan redaksi doa tersebut.
Tercantum dalam Surah Al-Anbiya’ ayat 112:
رَبِّ احْكُمْ بِالْحَقِّ وَرَبُّنَا الرَّحْمٰنُ الْمُسْتَعَانُ عَلٰى مَا تَصِفُوْنَ
Artinya: “Ya Tuhanku, berilah keputusan dengan adil. Dan Tuhan kami Maha Pengasih, tempat memohon segala pertolongan atas semua yang kamu katakan" (QS Al-Anbiya’: 112).
Syekh Sayyid Ath-Thanthawi mengatakan dalam At-Tafsir al-Wasith li al Al-Qur’an Al-Karim bahwa setelah menyampaikan risalah dan amanah yang diemban, Nabi dengan khusyuk memanjatkan doa tersebut.
Said menceritakan dari Imam Qatadah bahwa Nabi terdahulu berdoa: رَبَّنَا افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَا بِالْحَقِّ وَأَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِينَ Kemudian Rasulullah diperintahkan untuk berdoa: رَبِّ احْكُمْ بِالْحَقِّ وَرَبُّنَا الرَّحْمَنُ الْمُسْتَعَانُ عَلَى مَا تَصِفُونَ
Demikian pula ketika Rasul berjumpa dengan musuh dan mengetahui bahwa beliau berada di posisi yang benar, sedangkan musuhnya berada di posisi yang salah, maka Nabi Muhammad saw juga berdoa dengan doa tersebut. (Tafsir al-Qurthubi, 11: 351).
Ibnu Katsir mengutarakan bahwa Zaid bin Aslam menyampaikan, bahwa dulu ketika Nabi menyaksikan peperangan, Nabi Muhammad SAW membaca doa tersebut.
Tercantum dalam Surah Al-Mu’minun ayat 118:
رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاَنْتَ خَيْرُ الرّٰحِمِيْنَ
Artinya: "Ya Tuhanku, berilah ampunan dan (berilah) rahmat, Engkaulah pemberi rahmat yang terbaik" (QS Al-Mu'minun: 118).
Redaksi doa itu merupakan perintah Allah SWT kepada Nabi Muhammad supaya mendapatkan mendapatkan ampunan dan kucuran rahmat. Seorang hamba yang menggunakan doa itu, akan mendapatkan ampunan dan rahmat dari Allah SWT.
Imam Al Alusi mengatakan bahwa dalam doa itu terkandung isyarat agar seorang hamba sebaiknya tidak terlena oleh amal-amal yang telah dilakukan, serta memberikan petunjuk agar seorang hamba agar bergantung kepada rahmat Allah Yang Maha Menguasai dan Mahatinggi. (Al-Alusi, Tafsir Ruh al Ma’ani fi Tafsir Al-Qur’anil Adzim wa Sab’i al Matsani, 9: 272).
Tercantum dalam Surah Ash-Shaffat ayat 180-181:
سُبْحٰنَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلٰمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ، وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
Artinya: “Mahasuci Tuhanmu, Tuhan Yang Maha Perkasa dari sifat yang mereka katakan. Selamat sejahtera bagi para Rasul. Segala puji bagi Allah Tuhan seluruh alam" (QS As-Saffat Ayat 180-182).
Doa ini merupakan pemungkas dari rangkaian doa yang dipanjatkan seorang hamba. Bila doa diawali dengan memuji kepada Allah, maka juga harus diakhiri dengan memuji atas kekuasaan Allah.
Imam al-Qurthubi menyatakan menerima sanad panjang yang tersambung kepada sahabat Said al-Khudri. Beliau mendengar Nabi menyampaikan berulang kali: “Barang siapa yang suka mendapatkan timbangan pahala yang sempurna di hari kiamat, maka bacalah di akhir pengajian atau majelis: سُبْحٰنَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلٰمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ، وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
Senada dengan pernyataan itu, Ibnu Katsir mengutip riwayat yang disampaikan Ath-Thabrani: “Barang siapa yang membaca doa di atas tiga kali setiap selesai salat, maka (kelak) dia akan mendapatkan timbangan pahala yang sempurna.
Tercantum dalam Surah At-Taubah ayat 129:
حَسْبِيَ اللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ ۗ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ
Artinya: “Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal, dan Dia adalah Tuhan yang memiliki ‘arsy (singgasana) yang agung" (QS at-Taubah: 129).