bakabar.com, JAKARTA – Pemberontak pro-Rusia di timur Ukrainayang bergolak menuduh pasukan pemerintah menggunakan mortir untuk menyerang wilayah mereka pada Kamis (17/2).
Menurut laporan kantor berita Rusia, RIA, perwakilan dari Republik Rakyat Luhansk mengatakan pasukan Ukraina menggunakan mortir, peluncur granat, dan senapan mesin dalam penyerbuan.
“Angkatan bersenjata Ukraina telah secara kasar melanggar rezim gencatan senjata, menggunakan senjata berat, yang menurut perjanjian Minsk, harus ditarik,” kata perwakilan wilayah Luhansk seperti dikutip kantor berita Interfax seperti dilansir Reuters.
Jika terbukti menyerang, pasukan Ukraina dinyatakan melanggar kesepakatan Minsk yang disepakati pada 2015 lalu demi menghentikan konflik berdarah antara kelompok pemberontak pro-Rusia di timur Ukraina dan pasukan pemerintah yang bergolak sejak pencaplokan Crimea.
Laporan ini pun dinilai sejumlah pihak bisa menjadi dalih Rusia untuk melancarkan aksi militer bahkan invasi.
Sebelumnya, NATO menyatakan Rusia memang masih mempertahankan personeldan alat tempur di perbatasan yang siap menyerbu Ukrainaterlepas dari klaim Moskow yang mengaku telah menarik pasukan.
“Apa yang kita lihat hari ini Rusia mempertahankan kekuatan invasi besar-besaran yang siap menyerang dengan kekuatan penuh dari Crimea hingga Belarus,” kata Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg, usai konferensi tingkat tinggi para menteri pertahanan negara anggota diBrussel.
Ia kemudian berujar, “ini adalah penumpukan pasukan terbesar di Eropa sejak Perang Dingin.”
Stoltenberg juga mengungkapkan NATO dan sekutu menyambut baik niat berdialog Rusia dan negosiasi harus dilanjutkan. Namun, menurutnya, sikap Rusia di lapangan tak mencerminkan keinginan berdiplomasi.
“Kami tak melihat tanda-tanda deeskalasi di lapangan. Tak ada penarikan pasukan atau peralatan. Ini tentu saja dapat berubah,” tuturnya.
Senada dengan Stoltenberg, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Antony Blinken pun menyatakan Washington tak melihat bukti Moskow menarik pasukan dari perbatasan Ukraina.
“Sayangnya, ada perbedaan antara apa yang dikatakan Rusia dan apa yang dilakukan. Dan apa yang kami lihat bukanlah kemunduran yang berarti,” kata Blinken di acara ABC “Good Morning America”.
AS bahkan mewanti-wanti Rusia bisa saja melakukan operasi False Flag sebagai dalih untuk menyerang Ukraina.