bakabar.com, Jakarta-Amerika Serikat (AS) mulai khawatir tentang kurangnya sistem persenjataan canggih dan amunisi yang dikirim ke Ukraina di tengah konflik dengan Rusia. Sebagaiman dilaporkan oleh media Rusia RT.com pada Jumat 18/11.
Menurut laporan media tersebut tiga pejabat AS mengakui bahwa Amerika mulai kewalahan mendukung Ukraina dalam bentuk pasokan senjata. Hal itu karena terbatasnya kemampuan industri dalam negeri Amerika untuk memenuhi permintaan dari medan laga Ukraina.
Adapun persenjataan yang mulai berkurang antara lain peluru artileri 155mm dan rudal pertahanan udara Stinger, rudal anti-radiasi HARM, rudal permukaan-ke-permukaan GMLRS, dan sistem anti-tank Javelin.
Sumber lain menyatakan Amerika tidak mau ceroboh untuk terus menerus memasok senjata ke Ukraina. Mengingat Amerika juga harus memikirkan keamanan nasionalnya dengan tidak menghamburkan cadangan persenjataannya keluar negeri.
Seorang pejabat senior AS mengakui bahwa penilaian bahwa AS "kehabisan" senjata bersifat subyektif, karena tergantung pada seberapa besar risiko yang siap diterima Pentagon.
AS Berharap Partisipasi Eropa
Salah satu kekhawatiran utama adalah bahwa industri pertahanan AS sedang berjuang untuk memenuhi permintaan, sementara negara-negara Eropa tidak dapat sepenuhnya mengisi kembali stok mereka sendiri untuk menggantikan perangkat keras militer yang dikirim ke Ukraina, kata para pejabat.
Namun, untuk memperbaiki situasi tersebut, AS sedang mencoba untuk meningkatkan produksi senjata jenis tertentu.
Sejak dimulainya operasi militer Rusia di Ukraina pada akhir Februari, AS dan sekutu Baratnya telah memberikan bantuan keamanan miliaran dolar kepada Kiev. Meskipun Moskow berulang kali memperingatkan bahwa pengiriman senjata hanya akan memperpanjang konflik.
Menurut Departemen Pertahanan AS, pada awal November, Washington telah berkomitmen untuk mengirim ke Kiev lebih dari 1.400 Stinger, 8.500 Javelin, 142 Howitzer 155mm, dan hingga 903.000 peluru artileri 155mm.