Tak Berkategori

Pasokan Ketat, Jatuh Harga Minyak Mentah Tertahan

apahabar.com, JAKARTA – Pasokan ketat menahan harga minyak mentah jatuh lebih jauh. Membantu membatasi penurunan harga…

Featured-Image
Ilustrasi Minyak mentah. Foto-reuters

bakabar.com, JAKARTA – Pasokan ketat menahan harga minyak mentah jatuh lebih jauh. Membantu membatasi penurunan harga minyak, stok di negara penghasil minyak mentah terbesar terus mengetat. Persediaan AS, misalnya, turun ke level terendah sejak Februari 2020 dalam sepekan hingga 2 Juli.

Sebelumnya, harga minyak Selasa pagi (13/7) dilaporkan kembali tergelincir seiring penyebaran varian Covid-19. Meminjam laporan Kantor Berita Antara, minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman September menetap di 75,16 dolar AS per barel, kehilangan 39 sen atau 0,5 persen.

Sementara, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Agustus turun 46 sen atau 0,6 persen, menjadi ditutup pada 74,10 dolar AS per barel.

Kedua harga acuan minyak mentah turun sekitar 1,0 persen minggu lalu menghentikan reli yang telah membawa minyak mentah AS dan Brent ke level yang tidak terlihat sejak Oktober 2018.

Tokyo memberlakukan kembali pembatasan terkait pandemi karena kekhawatiran atas infeksi virus corona, kurang dari dua minggu sebelum kota itu menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Panas.

“Ini telah menimbulkan keresahan di pasar tentang pemulihan kembali permintaan,” kata John Kilduff, mitra di Again Capital di New York. "Asia jelas penting. Ini adalah pusat ayunan permintaan, dan ini adalah kemunduran besar."

Akhir pekan lalu, penyebaran varian baru dan akses yang tidak setara ke vaksin mengancam pemulihan ekonomi global. Pernyataan para kepala keuangan ekonomi besar G20 itu dinilai membebani prospek permintaan minyak.

“Pedagang sekarang memfokuskan kembali pada penyebaran pandemi Covid-19 dan kekhawatiran global atas ekspansi varian baru,” kata analis Rystad Energy, Louise Dickson.

Organisasi negara-negara pengekspor minyak, OPEC+, mengabaikan pembicaraan pekan lalu yang akan meningkatkan produksi setelah perselisihan antara Arab Saudi dan Uni Emirat Arab tentang bagaimana memperpanjang pakta tersebut.

Gagalnya pembicaraan meningkatkan prospek jangka panjang para produsen meninggalkan kesepakatan dan memompa minyak sesuka hati. Kekhawatiran itu memicu ketakutan pedagang minggu lalu yang menyebabkan aksi jual yang belum cukup mereda.

“Semakin lama kebuntuan, semakin besar kemungkinan beberapa pelemahan harga berkelanjutan,” kata Jim Ritterbusch dari Ritterbusch and Associates di Houston.

Untuk saat ini, cara antisipasi beberapa pergerakan minggu ini dengan rencana OPEC+ untuk mengabaikan kuota produksi 2022 sambil fokus pada enam bulan mendatang di mana tuntutan Uni Emirat Arab untuk mengurangi pembatasan produksi dapat diakomodasi.



Komentar
Banner
Banner