bakabar.com, MARTAPURA - Permintaan kremasi di Krematorium Yayasan Duta Prabha, yang berada di Taman Makam Yayasan Tenang, Liang Anggang, Kota Banjarbaru selama pandemi ini ada sedikit peningkatan.
"Ada peningkatan. Kalau normal biasanya lima kali paling banyak dalam sebulan, sekarang kadang enam atau tujuh, tidak sampai puluhan," kata petugas kremasi, Alvin, saat ditemui bakabar.com di Krematrium, Kamis (12/8).
Kremasi adalah metode penghilangan tubuh jenazah dengan cara pembakaran. Biasanya pembakaran menggunakan tungku hingga jenazah menjadi abu.
Krematorium Yayasan Duta Prabha ini merupakan satu-satunya di Kalimantan Selatan. "Paling banyak datang dari Banjarmasin," tutur Alvin yang sudah jadi petugas kremasi sejak 2008.
Selama adanya pandemi Covid-19, pihak krematorium juga menerima jenazah yang meninggal terkonfirmasi positif Covid-19.
Saat media ini mengunjungi krematorium tersebut, kebetulan ada satu jenazah Covid-19 yang datang dari RSUD Ulin Banjarmasin. Namun sayang, dari pihak keluarga mendiang tidak mengizinkan didokumentasikan untuk pemberitaan.
Proses kremasi tampak dilakukan sesuai protokol kesehatan. Petugas kremasi memakai APD baju hamzat lengkap, bahkan pimpinan ritual kremasi pun juga menggunakan hazmat.
Jenazah sedari rumah sakit sudah ditempatkan dalam peti jenazah dan dibalut dengan plastik warp yang cukup tebal, sesuai standar prokes.
Sesampainya mobil jenazah di krematorium, pihak keluarga menyiapkan segala sesuatunya untuk keperluan ritual sebelum dikremasi, termasuk membawa foto mendiang. Sedangkan peti jenazah diletakkan di atas troli.
Jenazah yang dikremasi biasanya dari agama Hindu, Budha, dan Kristen.
Selama prosesi ritual, peti jenazah tidak dibuka. Ritual selesai antara 15 sampai 30 menit, tergantung ritual agama masing-masing. Ritual selesai, petugas meminta izin agar peti jenazah dimasukkan ke dalam tungku pembakaran.
"Waktu normal proses kremasi memakan 3 jam. Ada yang lebih tergantung besar badan jenazah," terang Alvin.
Ia mengungkapkan, abu usai kremasi diambil sehari setelah dikremasi dan diserahkan kepada pihak keluarga. "Sebab tidak bisa usai pembakaran langsung diambil, karena masih panas," katanya.
Abu jenazah sendiri tergantung pihak keluarga mau diapakan setelahnya. Ada yang dilarung atau dilarutkan di laut atau dikuburkan. "Kalau dilarung ke laut biasanya ke Aluh Aluh atau ke pantai di Tanah Laut. Tergantung pihak keluarga," tuturnya.
Terkait biaya kremasi, Alvin mengaku tidak tahu menahu soal itu. Namun ia memastikan biaya kremasi standar kebanyakan, bahkan kadang-kadang digratiskan bagi keluarga tidak mampu.