bakabar.com, TANJUNG – Dedy Unjang, Kepala Desa (Kades) Warukin, Tanta, Kabupaten Tabalong kecewa karena hanya mengetahui informasi berakhirnya kontrak kerja sama PT Pamapersada Nusantara (Grup Astra) dengan PT Adaro Energy Tbk (ADRO) lewat media massa. Karenanya, ia akan lepas tangan jika terjadi pergolakan di masyarakat.
“Kami lepas tanggung jawab jika terjadi pergolakan di masyarakat. Kami belum menerima pemberitahuan ataupun sosialisasi secara langsung dari ADARO Indonesia,” ujar Dedy kepada bakabar.com, Senin (5/4).
Lebih jauh, para kepala desa yang masuk ring 1 di sepanjang jalan hauling konsesi tambang milik ADARO, kata Dedy juga merasakan hal serupa.
“Tidak diberitahu,” ujarnya.
Sebagai perusahaan multinasional yang menambang di daerah, kata dia, seharusnya ADARO intens menjalin komunikasi dengan warga.
“Beri kami pemahaman, beri kami pengertian. Kami hanya mendengar PAMA habis kontrak, itu pun kami dengar pembicaraan di masyarakat dan media. Jadi ADARO belum turun ke desa-desa ring 1, kalau terjadi gejolak kami mau bicara apa dengan masyarakat,” ucapnya.
Dedy mafhum jika ADARO perusahaan besar. Namun, ia meminta agar manajemen perusahaan bisa lebih sensitif dengan warga.
“Dampak dari berakhirnya kontrak PAMA sangat luar biasa nantinya, dan berpengaruh dari segi ekonomi, ketenagakerjaan,” ujarnya.
Sebagai pengingat, BUMA bakal merekrut karyawan secara besar-besaran di Tabalong jika PAMA tidak memperpanjang kontrak sejumlah karyawannya.
Salah satu kontraktor pertambangan batu bara terbesar di Indonesia itu berjanji memprioritaskan tenaga lokal. Selaku kontraktor pertambangan, PAMA memiliki sebanyak 2.800 karyawan. Itu belum termasuk jumlah karyawan di subkontraktor mereka, dan tenaga kontrak mereka.
Artinya sejak Juli 2021 mendatang, segala pekerjaan PAMA yang berhubungan dengan pertambangan akan diambil alih BUMA. Sementara pekerjaan angkutan batu bara melewati jalan hauling ADARO ke Pelabuhan Kelanis tidak dilanjutkan PT BUMA.
“Jangan-jangan dari kejadian ini akan terjadi seperti bahari (dulu) BUMA diserang, padahal BUMA hanya menjadi korban. Kami tidak membela BUMA tapi ini adalah fakta,” cerita Dedy.
31 Juli mendatang, kontrak kerja PAMA dengan ADARO berakhir. PT BUMA akan menggantikan posisi PAMA sebagai partner kerja salah satu perusahaan tambang terbesar Indonesia yang berbasis di Tabalong, hingga Barito Timur itu.
Dedy Unjang juga menuturkan keberadaan PAMA selama ini sangat berarti bagi warga. Tak hanya menyediakan lapangan pekerjaan, PAMA disebut juga melakukan pemberdayaan warga.
“Bahkan untuk mencetak sumber daya yang handal mereka memberikan beasiswa bagi warga Warukin yang kuliah,” ujarnya.
Terakhir, kata dia, ada 1 orang yang dibiayai PAMA untuk kuliah di Institut Teknologi di Cikarang hingga lulus.
“Tiap ajaran baru, selalu ada warga yang dikuliahkan PAMA, ini yang juga kami harapkan kepada ADARO Indonesia sepeninggal PAMA, ” pinta Dedy.
Bantuan PAMA, kata dia, di luar CSR ADARO. Termasuk pembinaan sekolahan. “Mereka selalu membagikan sapi kurban, santunan bagi anak yatim yang jumlahnya lebih 100 orang bagi warga Warukin,” ujarnya.
Lantas, bagaimana kelanjutan dari program PAMA yang di luar CSR Adaro?
“Kenapa ADARO yang diminta? karena BUMA tidak ada hubungannya dengan itu, soalnya ADARO yang memutuskan hubungan dengan PAMA,” ujarnya.
“Jadi kami meminta kepada ADARO apa yang dilakukan PAMA selama ini diteruskan mereka, jangan sampai nantinya lepas dari tanggung jawab, ” tegas Dedy.
“Kami tidak peduli ADARO yang manakah, karena yang memutuskan hubungan ini ADARO, andai yang memutuskan hubungan ini BUMA, maka kami akan menuntut ke BUMA, ” tandasnya.
Sebagaimana diketahui, ADARO dikenal sebagai perusahaan pertambangan batu bara dengan cadangan terbesar. Sementara, asumsi produksi batu bara perseroan mencapai 52 juta ton per tahun, jangka waktu penambangan (life time) perseroan itu bahkan dilaporkan lebih dari 20 tahun.
Namun volume produksi batu bara ADARO, seperti dilansir Investor.id, tahun 2021 direvisi turun dari 54 juta ton menjadi 52 juta ton. Sedangkan harga jual diperkirakan bertahan pada level US$ 70 per ton. Dengan asumsi tersebut, perkiraan pendapatan ADARO tahun 2021 diturunkan dari US$ 2,68 miliar menjadi US$ 2,54 miliar. Estimasi laba bersih juga dipangkas dari US$ 338 juta menjadi US$ 323 juta.