Pencurian Data

Ngeri! Isi Daya Ponsel di Tempat Umum Bisa Kehilangan Data Pribadi

Beragam modus pencurian data terutama pada ponsel pintar belakangan ini kian marak terjadi di sekitar kita.

Featured-Image
Jangam sembarangan isi daya ponsel di tempat publik. Foto: dok. unsplash.com

bakabar.com, JAKARTA - Beragam modus pencurian data terutama pada ponsel pintar belakangan ini kian marak terjadi di sekitar kita.

Untuk itu, Pengamat Budaya dan Komunikasi Digital dari Universitas Indonesia (UI), Firman Kurniawan mengingatkan untuk tidak sembarang mengisi daya ponsel di fasilitas umum.

"Waspadai penggunaan fasilitas umum karena modusnya semakin nyata, pencurian data lewat pengisian data," kata Firman dikutip dari Antara, Kamis (13/4).

Menurutnya, apabila data di dalam ponsel bisa dibobol oleh pelaku kejahatan siber, bisa disalahgunakan untuk hal-hal yang merugikan, mulai dari pemalsuan identitas hingga pembobolan rekening.

Baca Juga: Mau Mudik Aman dan Nyaman, Pilih Ponsel yang Punya Baterai Tahan Lama

Firman pun meminta masyarakat untuk lebih menjaga ponsel mereka, dengan tidak sembarang menghubungkan ke perangkat yang tidak aman, seperti fasilitas pengisian daya publik.

"Jadi harus waspada dan berhati-hati. Ketika ponsel teretas data pribadinya, itu mereka (peretas) bisa masuk lebih dalam mulai dari penyalahgunaan identitas, mencari sumbangan, hingga mengeruk rekening kita sampai kering," ujarnya.

Untuk diketahui, FBI mengingatkan konsumen untuk tidak menggunakan stasiun pengisian daya umum, pasalnya penipu dapat menginfeksi mesin-mesin tersebut dengan malware dan mencuri data mereka.

Baca Juga: Google Siap Hadirkan Fitur Pelacakan Ponsel dalam Keadaan Tidak Aktif

Dalam peringatan yang baru dirilis, pejabat FBI meminta pelanggan untuk menghindari menggunakan port pengisian USB umum di bandara, pusat perbelanjaan, dan hotel.

"Pelaku jahat telah menemukan cara untuk menggunakan port USB umum untuk memasukkan malware dan perangkat lunak pemantauan ke perangkat," kata kantor FBI Denver di Twitter baru-baru ini.

Praktik yang dikenal sebagai juice jacking pertama kali diperkenalkan pada tahun 2011, setelah para peneliti membuat stasiun pengisian untuk menunjukkan potensi peretasan di kios-kios tersebut.

Belum jelas seberapa umum juice jacking terjadi, dengan sedikit laporan taktik pencurian malware tersebut secara publik.

Baca Juga: 47 Ponsel Ini Tak Akan Bisa Gunakan WhatsApp mulai Akhir Tahun 2023

Namun, para ahli telah memperingatkan bahwa akses penuh ke ponsel seseorang melalui juice jacking bisa berarti peretas memiliki akses ke data pribadi, termasuk informasi kartu kredit. Data tersebut bisa dijual kepada pelaku kejahatan lainnya.

Pelanggan dianjurkan untuk membawa kabel USB mereka sendiri dan menyambungkannya ke stop kontak atau ke pengisi daya portabel.

Kabel USB-C dan pengisi daya nirkabel juga diakui sebagai pilihan yang lebih aman.

Editor
Komentar
Banner
Banner