bakabar.com, LUMAJANG - Ngadi Saliro Ngadi Busono adalah salah satu budaya Jawa. Budaya ini nyaris hilang tergerus zaman.
Pemda Lumajang berinisiatif menyelenggarakan lomba Ngadi Saliro dan Ngadi Busono untuk melestarikan budaya ini. Ajang lomba ini diadakan dalam rangka memperingati HUT ke-24 Dharma Wanita dan Harjalu (Hari Jadi Lumajang) ke-768 oleh para istri Aparatur Sipil Negara (ASN).
Pj. Bupati Lumajang Indah Wahyuni mengatakan, Ngadi Saliro Ngadi Busono merupakan kata Sanskerta yang memiliki arti mempercantik diri dan memperindah diri.
"Merawat diri juga bagian dari fitrah seorang perempuan. Berpenampilan menarik untuk menyenangkan seorang suami juga dianjurkan oleh nabi", ujar Indah Wahyuni
Ia berharap lomba ini bisa membuat warga Lumajang, terutama generasi muda, tertarik untuk selalu melestarikan dan menjaga budaya.
"Semoga bisa selalu dilestarikan, agar kita semua tidak tercerabut dari budaya yang sudah ada. Khususnya mendorong generasi muda untuk mencintai budaya" ujar Indah Wahyuni berharap.
Ketua DWP Kabupaten Lumajang Rahayu Agus Triyono mengatakan, lomba Ngadi Saliro Ngadi Busono memiliki tujuan untuk menanamkan kecintaan dan melestarikan (nguri-uri) budaya Jawa di kalangan ibu-ibu, terutama dalam hal berbusana.
"Seorang istri ASN tidak hanya cantik luar, tapi juga dalam seperti pepatah Jawa Ajining Rogo Ana Ing Busono (pakaian bisa mencerminkan diri kita sebenarnya)", ujar Rahayu Agus Triyono.
Lomba ini diadakan di Pendopo Arya Wiraraja, Lumajang. Peserta terdiri dari 52 orang DWP Unit Perangkat Daerah se-Kabupaten Lumajang.
Semangat dan antusias seluruh anggota Dharma Wanita Persatuan (DWP) begitu kentara untuk ikut melestarikan budaya melalui busana yang dipakai.
