HUT Infanteri

Moeldoko: Jadi Infanteri Jangan Cuma Modal Dengkul

Infanteri selama ini terkenal sebagai “pasukan pejalan kaki.” Mantan Panglima TNI, Moeldoko, menilai definisi yang demikian mestinya diubah.

Featured-Image
Moeldoko, Kepala Staf Kepresidenan saat ditemui apahabar.com di ruangannya (Foto: apahabar.com/BS)

bakabar.com, JAKARTA - Infanteri selama ini terkenal sebagai “pasukan pejalan kaki.” Mantan Panglima TNI, Moeldoko, menilai definisi yang demikian mestinya diubah, mengingat zaman terus berkembang.

“Dulu, infanteri adalah pasukan pejalan kaki yang bertugas mencari, mendekati, menemukan, dan menghancurkan. Tapi, definisi itu bisa berubah seiring perkembangan teknologi,” ujarnya saat ditemui jelang momen HUT ke-74 Infanteri di Kantor Staf Presiden, Jakarta, Senin (31/10).

Menurut sang Jenderal Bintang 4, ke depannya, tak menutup kemungkinan pasukan infanteri mengadopsi konsep ‘mechanized.’ Mereka, boleh jadi, menggunakan sarana negara sebagai pendekatannya.

Tak Sekadar ‘Modal Dengkul’

Bukan cuma definisi yang mesti diubah, pola pikir dari prajurit infanteri itu sendiri juga harus diperbarui. Moledoko mewanti-wanti, jangan sampai tulang punggung TNI Angkatan Darat ini terjebak definisi ‘modal dengkul.’

“Saya ingin mereka (pasukan infanteri) lebih pandai, karena perang sekarang itu sangat berbeda dengan adanya kemajuan teknologi informasi,” pesan dia.

Baca Juga: Penjualan MAB Dinilai Bagus, Pemerintah Terus Kembangkan Mobil Listrik

Adapun cerdas yang dimaksud ialah mampu mendefinisikan ulang berbagai teknik dan taktikal dalam perang. Prajurit infanteri mesti menyadari bahwa manuver kini sangat mudah dipahami musuh.

“Gerakan perorangan itu sudah bisa terdeteksi teknologi. Jadi kita harus pandai mendefinisikan ulang mengatur paradigma bertempur sekarang,” tegasnya.

Mengenang Infanteri Zaman Dulu

Petuah Moeldoko yang demikian, boleh dibilang, datang dari pengalamannya. Sosok yang kini menjabat sebagai Kepala Staf Kepresidenan itu bukan orang baru di dunia militer; dirinya telah mengabdi untuk negeri ini sedari 1981 silam.

Puluhan tahun menjadi garda terdepan keamanan Indonesia, pria kelahiran 8 Juli 1957 ini tentu memiliki pengalaman yang paling berkesan. Dia mengaku, pertempuran yang membekas dalam benaknya ialah Operasi Seroja – invasi Indonesia ke Timor Timur.

“Sangat dominan,” kenang Moeldoko ketika ditanya perihal peran infanteri dalam pertempuran tersebut. “Operasinya (berlangsung) gerilya, lebih pada kemampuan head to head; basically seperti Permesta,” sambung dia.

Baca Juga: Menteri Pertanian: Stok Beras 2022 Aman, Tak Ada Kelangkaan

Alumnus Universitas Indonesia (UI) itu mengklaim selalu memberikan upaya terbaik selama menjadi prajurit infanteri. Sebabnya, dia sadar betul bahwa tulang punggung TNI AD ini punya sejarah tersendiri.

“Saya melihat infanteri memiliki sejarah panjang dalam perjuangan dari sisi historikal, mulai dari pra-kemerdekaan sampai dengan setelah merdeka, itu perannya sangat tinggi,” pungkas Moeldoko.

“Dari situlah, saya ingin meperkuat trandisi ke-infanteri-an. Sehingga, waktu saya memilih menjadi prajurit infanteri, saya ingin membuktikan, ingin berkontribusi, ingin membesarkan infanteri,” tutupnya. 

Editor


Komentar
Banner
Banner