Subsidi Kendaraan Listrik

Mobil Listrik Masih Sedikit, Pengamat: Subsidi Lebih Baik Dialokasikan ke Transportasi Publik

Pengamat otomotif, Bebin Djuana mengungkapkan bahwa pemberian subsidi untuk kendaraan listrik saat ini waktunya kurang tepat meski pada prinsipnya sudah benar.

Featured-Image
Subsidi kendaraan listrik menurut pengamat Prinsipnya sudah benar namun waktunya tidak tepat. (Foto: apahabar.com/Aditama)

bakabar.com, JAKARTA - Pengamat otomotif, Bebin Djuana mengungkapkan bahwa pemberian subsidi untuk kendaraan listrik saat ini waktunya kurang tepat meski pada prinsipnya sudah benar.

Menurut dia, hingga saat ini masih sedikit sekali pilihan produk kendaraan listrik di Indonesia sehingga membuat subsidi tersebut dianggap belum tepat sasaran.

"Subsidi itu yang dibutuhkan oleh masyarakat yang memang perlu uluran tangan dari pemerintah. Produk yang di bawah Rp300 juta sampai Rp250 juta belum banyak, apa yang mau disubsidi?," kata Bebin kepada bakabar.com, Rabu (15/2).

Berkaca dari hal tersebut, ia pun menyarankan agar subsidi tersebut tidak mubazir, lebih baik dialokasikan ke transportasi publik terlebih dahulu.

"Ambil contoh saja, angkot yang ada di jalanan bisa diganti ke listrik, supir angkotnya kan kemungkinan tidak punya kemampuan untuk mobil listrik, jadi kan bisa dibantu," terangnya.

Baca Juga: Tak Kebagian Subsidi Kendaraan Listrik, Pengusaha Bus Cemburu?

Tak lupa ia juga memberikan contoh yang sama terkait kendaraan umum lain seperti taksi dan ojek online (ojol).

"Nanti ada yang bertanya perusahaan taksi kan uangnya banyak. Uangnya boleh banyak, yang mesti diganti kan juga lebih banyak lagi. Perusahaan taksi kalau beli mobil listrik seribu saja itu belum apa-apa mungkin baru berapa persen dari armadanya. Tetapi kalo seribu listrik itu benar direalisasikan menjadi kendaraan listrik keliatan gak? keliatan," imbuhnya.

Lebih lanjut ia membicarakan soal armada ojol yang sebenarnya dianggap mampu menggganti ke motor listrik, tapi mereka butuh uluran supaya bisa beralih ke kendaraan listrik.

"Jadi dengan subsidi ke transportasi publik, pemerintah bukan hanya memaksa untuk beralih ke listrik tapi juga ikut membantu memungkinkan para perusahaan untuk beralih ke kendaraan listrik," pungkasnya.

Baca Juga: Dorong Penjualan EV, Pemerintah Diminta Segera Keluarkan Subsidi Kendaraan Listrik

"Jika melakukan studi lapangan, kilometer taksi, perusahaan rental dan logistik serta ojol itu perharinya banyak, artinya mobilitas mereka tinggi. Kalo mereka bisa beralih ke listrik, bayangkan penghematan secara negara untuk impor bahan bakar fosil," sambungnya.

Untuk itu, menurut dia dari pada sekarang yang dipikirkan memberi subsidi kendaraan pribadi yang produknya juga gak banyak, lebih baik pemerintah memberi subsidi ke kendaraan komersial.

"Coba aja periksa data (penjualan) 2022, kendaraan listrik hanya 10 ribu dari total penjualan lebih dari 1 juta unit. Jadi kendaraan listrik sangat kecil sekali, itu pun karena dibantu KTT G20," tukasnya.

Baca Juga: Tidak Meratanya SPKLU Jadi Kendala Utama Ekosistem Kendaraan Listrik

Seiring berjalannya subsidi, kata dia, industri otomotif akan mengikuti tren EV di Tanah Air apabila mengutamakan ke kendaraan komersial.

"Menurut saya, industri akan mengikuti kalo larinya ke komersial. Merek apapun yang memang semangatnya sama itu akan mengikuti," uja Bebin.

Di sisi lain, Bebin tidak menutup mata bila ekosistem kendaraan listrik akan lebih besar bila pemerintah lebih fokus memperbanyak memproduksi sepeda motor listrik.

"Kalau di motor saya semangatnya tuh lebih besar, karena sekarang juga sudah banyak, banyak pilihannya dan produknya sudah banyak tinggal pemerintah bantu. Tapi kalau di roda empat saya lihat barangnya saja masih sedikit," tutupnya.

Editor
Komentar
Banner
Banner