bakabar.com, JAKARTA - Perusahaan hilirisasi nikel PT Merdeka Battery Materials Tbk (kode saham: MBMA) resmi mencatatkan saham perdana atau Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (18/4), dengan meraih dana sekitar Rp9,2 triliun.
Saham MBMA dibuka naik 5,03 persen ke posisi Rp835 dari harga penawaran Rp795 per lembar saham, dengan berada di level tertinggi Rp880 per saham dan level terendah Rp805 per saham. Total frekuensi perdagangan 2.249 kali dengan volume perdagangan 849.938 saham dan nilai transaksi harian Rp71,78 miliar.
Presiden Direktur MBMA Devin Ridwan menyampaikan perseroan melepas sebanyak 11,54 miliar saham baru yang dikeluarkan dari portepel perusahaan atau dari total saham, dengan menawarkan harga Rp795 per saham.
Dia menyampaikan minat investor di porsi penjatahan terpusat cukup tinggi hingga terjadi kelebihan permintaan atau oversubscribed sebanyak 19,9 kali, yang membuat perseroan menerbitkan tambahan sebanyak 549,99 juta saham baru.
Baca Juga: Asing Berburu Saham Blue Chip, Mirae: Apresiasi Pencapaian Kinerja
“Aksi korporasi ini sangat penting untuk mewujudkan visi MBMA sebagai pemain global yang terintegrasi secara vertikal dalam rantai nilai mineral strategis dan bahan baku baterai kendaraan bermotor listrik,” ujar Devin.
Devin menjelaskan MBMA berencana menggunakan dana hasil IPO, diantaranya untuk membiayai pembangunan dan pengembangan sejumlah proyek pemrosesan nikel seperti fasilitas High Pressure Acid Leach (HPAL) I tahap I dengan kapasitas 60.000 ton per tahun untuk menghasilkan material dalam rantai nilai bahan baku baterai kendaraan bermotor listrik.
Sebagian dana hasil IPO untuk memperkuat modal kerja anak usaha, diantaranya PT Sulawesi Cahaya Mineral (SCM) yang merupakan perusahaan tambang nikel dengan salah satu sumber daya terbesar di dunia dalam hal kandungan nikel.
Dia menjelaskan saat ini SCM memiliki sumber daya lebih dari 1,1 miliar bijih dry metric tonne yang mengandung 13,8 juta ton nikel dengan kadar 1,2 persen Ni dan 1,0 juta ton kobalt pada kadar 0,08% Co. Kapasitas produksi tambang SCM diperkirakan akan mencapai 14,6 juta wet metric tonnes pada 2024. MBMA juga akan memakai dana IPO untuk melunasi pinjaman.
Baca Juga: Segera IPO, Multivision Plus Tawarkan Harga Rp225- Rp250 per Saham
Sementara itu, Direktur Trimegah Sekuritas Indonesia David Agus selaku salah satu penjamin emisi, mengungkapkan sebagian besar saham MBMA dialokasikan kepada investor institusi.
Namun demikian, menurut dia, antusiasme investor ritel dalam IPO ini yang mencapai lebih dari 33.000 pemesan sangat menggembirakan bagi industri pasar modal dan energi terbarukan di Indonesia.
“Besarnya penawaran saham yang masuk menandakan bahwa investor juga sangat optimistis dengan prospek bisnis hilirisasi tambang nikel dan pengembangan rantai nilai bahan baku Electric Vehicle (EV) battery atau baterai kendaraan bermotor listrik yang dikembangkan oleh MBMA,” kata David.
Baca Juga: Grup Harita (NCKL) Resmi Melantai di Bursa, Saham Dibuka Stagnan
Anak usaha PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) itu telah mengoperasikan smelter RKEF yang memproduksi Nickel Pig Iron (NPI) dengan kapasitas terpasang produksi agregat mencapai 38.000 Ni per tahun per 30 September 2022.
Setelah pembangunan atau komisioning smelter RKEF baru, tambang SCM dan proyek AIM I, MBMA diproyeksikan menghasilkan 88.000 Ni per tahun dan 1,2 juta ton asam per tahun.