Pameran Lukis

Menyusuri Kehidupan Seniman Penyandang Disabilitas Edo Makarim dalam Pameran Lukis 'Tapak Katresnan'

Sebuah lukisan berjudul P.E.T.E dengan medium akrilik di atas kanvas disuguhkan kepada pengunjung saat memasuki ruang galeri di lantai 2 Hadiprana Art Centre, J

Featured-Image
Edo Makarim, Pelukis penyandang disabilitas berfoto di depan karya lukisnya yang dipamerkan dalam pameran tunggal bertahuk "Tapak Katresnan", Minggu (21/5). apahabar.com/Andrey

Memulai Terapi Melukis

Sejak umur 4 tahun Edo mengikuti rangkaian terapi untuk memperbaiki fungsi motorik yang belum sempurna karena terkena cerebral palsy. Kebutuhan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus menjadi penghubung Edo dengan dunia melukis.

"Pertamanya melukis sebagai media terapi saya, almarhum kakek saya terus sama bapak mengenalkan melukis ke saya, lukisan pertama saya pemandangan laut," ujarnya.

Edo terus menuangkan karya-karyanya tanpa mengeluh dengan penyakit yang ia derita. Melukis adalah medium yang memberikan kebahagiaan dan kesengangan baginya. 

"Selain untuk terapi, melukis memberikan rasa bahagia buat saya, Pieter Van Gogh dan Basuki Abdullah sosok pelukis yang sangat saya kagumi," imbuhnya kepada bakabar.com.

Baca Juga: 25 Tahun Reformasi, Cak Imin Soroti Persoalan Kemiskinan dan Kualitas Demokrasi

Semangat Edo terpancar dengan karya-karya lukisannya yang telah ia pamerkan di tanah air dan manca negara. Tahun 2018  karyanya berjudul berjudul: In The Arms Of An Angel pernah ia pamerkan di ajang Asia International Frienship Exhibition di Tokyo, Jepang.

Ia juga berkontribusi memamerkan karyanya di Pameran seni rupa festival Bebas Batas, pokok di Ambang Batas. Sebuah gelaran festival kesenian untuk penyandang disabilitas yang diadakan di Galeri Nasional Indonesia pada Oktober 2018 silam.  Dan banyak lagi pameran yang memajang lukisan Edo.  

Pengunjung melihat karya lukisan Edo Makarim dalam pameran tunggalnya bertahuk
Pengunjung melihat karya lukisan Edo Makarim dalam pameran tunggalnya bertahuk "Tapak Katresnan" di Hadiprana Art Centre, Jakarta Selatan, Minggu (21/5). Foto: bakabar.com/Andrey

Timotius Suwarsito (47) alias Toto, seorang guru lukis yang mendampingi Edo dalam berkarya menuturkan, Edo saat ini menggunakan pendekatan realis dengan ide dan komposisi kontemporer. Pendekatan realis itu juga terlihat ketika sang seniman membuat sebuah karya abstrak. 

“Edo masih menikmati proses kreatif yang sifatnya realis,” ujar Toto bersama Edo di Galeri Hadiprana Art Centre, Jakarta Selatan, Minggu (21/5). 

Baca Juga: Sindir Pemerintah Intervensi Pemilu, Anies Ajak Relawan Junjung Tinggi Kesetaraan

Edo mampu menghasilkan karya dengan baik lantaran latihan motorik yang diasah terus-menerus sejak kecil. Karya dihasilkan merupakan hasil karya sendiri tanpa sentuhan ulang dari orang lain.

"Edo bisa mengerjakan karya yang berbeda-beda dalam satu waktu, satu karya dapat selesai dalam waktu 3 bulan atau satu tahun. Dia bisa menyelesaikan satu karya dalam satu minggu," ujarnya.

HALAMAN
123
Editor
Komentar
Banner
Banner