Musik "jedag-jedug" terdengar keras. Artinya, blok pasar Kasbah di sudut lantai dua Ramayana Sentra Antasari sudah dekat. Ikuti suaranya, maka akan sampai di satu tempat prostitusi terselubung di Banjarmasin.
Riyad Dafhi R, Banjarmasin
SIANG itu, Selasa (31/1), media ini mencoba menghampiri pasar Kasbah Banjarmasin.
Media ini terlebih dahulu memarkirkan sepeda motor di sekitar pasar Antasari, tepatnya di belakangan Ramayana baru.
Tak jauh dari parkir, terdapat anak tangga menuju lantai dua.
Sesampai di atas, situasi masih normal. Layaknya aktivitas jual beli di pasar. Kondisi itu lantas membuat samar dugaan bisnis esek-esek.
Alhasil, media sempat kesulitan menemukan titik lokasi pasar Kasbah.
Namun dari kejauhan terdengar keras suara musik, yang mengantarkan media ini ke pasar Kasbah. Lokasinya tepat di sudut gedung. Kurang lebih 100 meter dari Ramayana.
Sepanjang mata memandang, tak terlihat aktivitas jual beli barang bekas, sebagaimana pasar Kasbah tempo dulu.
Yang ada hanya kerlap-kerlip lampu seperti diskotik.
Ironisnya, bilik yang harusnya menjadi lapak, kini disulap bak karaoke. Pria dan wanita berbaur. Bernyanyi bersama. Hanyut dalam nada.
Parahnya lagi, ada yang saling rangkul hingga peluk.
Meskipun media ini tak bisa memastikan apakah mereka pasangan kencan atau malah suami istri.
Mengingat, tak sedikit orang memilih tinggal di sana, dengan dalih belum punya rumah.
Ketika media ini berjalan, tiba-tiba dua orang wanita memanggil. Satu berbadan kurus, dan satunya agak gemuk.
"Mas, sini dulu," ucap salah satu wanita yang memakai baju berkelir putih.
Wanita yang diperkirakan berusia 40 tahun itu tiba-tiba bilang, "Mau ngamar kah? Pas satu orang satu," katanya sambil menunjuk.
Di sampingnya, wanita yang agak gemuk hanya tersenyum sembari terlihat malu-malu. Setengah badannya berada di balik dinding.
Lantas, media ini menolak ajakan itu dengan jawaban yang agak halus.
"Oh, kada (tidak, red)," ujar media ini sambil berlalu.
Sejurus dengan ruang karaoke, tampak kios-kios yang menggelar kasur tipis dengan bantal seadanya. Biasanya untuk pijat sekaligus jadi 'bilik asmara'. Dipakai mereka yang bersepakat untuk 'bercinta'.
Tidak sedikit pula kios yang terbengkalai. Sebagian tertutup rolling door. Yang terbuka, terisi oleh sampah hingga kain-kain yang sudah tak terpakai. Baunya jangan ditanya, Pesing!
Puas berkeliling, media ini berniat balik kanan. Seketika dari belakang ada wanita memanggil, "A, sini. Tunggu," katanya.
Ketika ditoleh, wanita berambut panjang sepunggung itu melambai sambil berjalan cepat. Lantaran tak digubris, perempuan berbaju merah muda itu pun berhenti.
Melihat fakta tersebut, memang banyak pasar di Banjarmasin yang dijadikan wadah prostitusi.
Misalnya, Satpol PP Banjarmasin baru-baru ini menjaring sejumlah orang yang diduga sebagai wanita tunasusila di kawasan pasar Sudimampir dan pasar Lima, Sabtu (28/1) dini hari.
Sedikitnya 8 wanita yang diduga sedang mangkal untuk menunggu pelanggan diamankan di dua kawasan pasar tersebut.
Lantas, mengapa kawasan pasar bisa-bisanya menjadi sarang bagi pelaku bisnis esek-esek? Terkhusus pasar Kasbah. Apakah Pemkot Banjarmasin mengetahui hal tersebut?
Pertanyaan ini coba dilayangkan ke Kepala Dinas Perdagangan dan Industri (Disperdagin) Banjarmasin, Ichrom Muftezar.
Tezar, akrab ia disapa, mengaku memang ada mendengar terkait dengan informasi itu.
Ia pun menyayangkan hal tersebut. Lantaran, kata dia, pasar merupakan tempat transaksi jual beli masyarakat.
"Mudah-mudahan nanti kita bisa koordinasikan dengan SKPD terkait. Agar bisa dilakukan operasi bersama untuk penanganan hal tersebut," katanya, belum lama tadi.
"Semoga juga akan ada kesadaran dari individu-individu yang menyalahgunakan pasar untuk hal yang tidak baik seperti itu," sambungnya.
Disperdagin Banjarmasin memiliki Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pasar, lantas bisakah mereka bertindak?
Tezar langsung menyarankan agar media ini bertanya langsung dengan Abdul Aziz, Kepala UPT Pasar Sektor 1.
Baca beroperasi tanpa izin di halaman selanjutnya...