bakabar.com, JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif buka suara soal alasan mundurnya Air Products and Chemical dari konsorsium proyek gasifikasi batu bara menjadi dimethyl ether (DME).
Arifin menerangkan sejumlah pertimbangan membuat perusahaan AS tersebut hengkang dari Indonesia dikarenakan pengembangan bisnis di Amerika lebih menarik dibandingkan di Indonesia.
Lebih lanjut, Air Products lebih tertarik kepada pengembangan bisnis energi baru dan terbarukan (EBT) di negaranya sendiri lantaran pemerintah AS telah menggencarkan subsidi untuk EBT.
"Air Products kemarin karena dia itu merasa di Amerika lebih menarik bisnisnya dia ke sana," kata Arifin saat ditemui di gedung Kementerian ESDM, Jumat (17/3).
Baca Juga: ESDM Siapkan 21 Bengkel, Layani Konversi Motor BBM ke Listrik
Arifin mengatakan subsidi yang ditawarkan AS lebih menarik dari yang lain. Hal itu membuat para investor tertarik.
"Di Amerika dengan adanya subsidi untuk energi baru terbarukan jadi ada proyek yang lebih menarik lah, hidrogen. Amerika lagi mendorong pemakaian itu," lanjutnya.
Kendati begitu, Arifin memastikan proyek kebanggaan Presiden Jokowi ini akan terus berjalan seiring dengan kewajiban pengembangan industri hilirisasi sesuai amanat konstitusi.
Arifin juga tidak menampik bahwa pemerintah dan perusahan terkait bakal mencari mitra pengganti, termasuk perusahaan asal China.
Baca Juga: ESDM-GEAPP Dukung Percepatan Transisi Energi di Indonesia
"Tanya sama yang bersangkutan, kalau kita kan nunggu kalau ada ya kita ketemu," tegas Arifin.
Sebelumnya, Perusahaan energi asal Amerika Serikat (AS) Air Products and Chemicals, Inc mundur dari konsorsium proyek gasifikasi batu bara menjadi dimethyl ether (DME) yang semula digarap bersama BUMN RI, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dan PT Pertamina (Persero).