Menopause

Menopause Menyebabkan Detak Jantung Tidak Teratur

Menurut riset terbaru, insomnia dan stres menyebabkan detak jantung tidak teratur bagi perempuan yang sudah menopause.

Featured-Image
Fibrilasi Atrium, Detak jantung yang kencang dan tidak beraturan pada perempuan menopause. Foto: Freepik

bakabar.com, JAKARTA - Menurut riset terbaru, insomnia dan stres menyebabkan detak jantung tidak teratur saat menopause. Dan menyebabkan risiko kesehatan lainnya.

Kardiovaskular adalah penyebab utama kematian perempuan di AS, dan penelitian menyebutkan risiko jantung meningkat setelah menopause. Kini sebuah studi terakhir menunjukkan 25% perempuan mengalami detak jantung tidak teratur setelah menopause. Dan ini berkaitan dengan insomnia dan tekanan hidup.

Dalam Journal of American Heart Association (AHA) menganalisis data sebanyak 83,736 wanita dengan usia sekitar 64 tahun. Ditemukan bahwa 23,954 kasus fibrilasi atrium, yaitu detak jantung dan tidak teratur dan seringkali sangat cepat.

Para peneliti menemukan bahwa risiko fibrilasi atrium (detak jantung yang cepat dan tidak beraturan) meningkat pada perempuan yang penuh tekanan, seperti perceraian, gejala depresi dan insomnia.

Baca Juga: Lakukan Tiga Jenis Olahraga Berikut untuk Jaga Kesehatan Jantung

Penurunan kadar estrogen selama menopause berdampak langsung pada sistem kardiovaskular.

"Estrogen berperan mengatur sistem saraf pada detak dan ritme jantung," ujar David Slotwiner, M.D., kepala kardiologi d NewYork-Presbyterian Queens, seperti dikutip dari Prevention.

Ketika kadar estrogen turun, beberapa perempuan mungkin mengalami detak jantung tidak teratur dan berdebar kencang. Hal ini menyebabkan cemas dan khawatir.

Dalam studi ini juga menemukan bahwa stres pada fisik dan mental mempunyai peran dalam memicu fibrilasi atrium. Termasuk aktivasi hormonal serta peradangan yang berdampak langsung pada sistem kardiovaskular dan aspek kesehatan lainnya.

Kurang tidur dan memiliki perasaan tidak nyaman dapat meningkatkan risiko detak jantuk tidak teratur pada perempuan pasca-menopause. Bahkan jika seseorang berada dalam kondisi fisik yang baik.

Fibrilasi atrium biasanya tidak menimbulkan konsekuansi berbahaya. Namun hal ini meningkatkan risiko terjadinya kondisi kesehatan yang serius, seperti stroke, gagal jantung, kelelahan, permasalahan irama pada jantung, serta pasokan darah yang tidak konsisten.

Baca Juga: Risiko Duduk Terlalu Lama, Meningkatkan Potensi Diabetes dan Jantung

Waspadai Gejala

Kenali gejala Fibrilasi Atrium pada menopause. Foto: Freepik
Kenali gejala Fibrilasi Atrium pada menopause. Foto: Freepik

Beberapa lansia mungkin mengalami fibrilasi atrium, namun tidak menyadarinya. Namun jika memliki gejala seperti detak jantung berdebar cepat dan kencang, nyeri dada, pusing, kelelahan, sakit kepala ringan, berkurangnya kemampuan berolahraga, sesak napas dan lemas.

Bagi beberapa orang mungkin mengalami hal tersebut selama beberapa menit hingga beberapa jam saja. Namun tidak menutup kemungkinan mengalami hal tersebut secara tidak teratur dan berlangsung lama.

Perawatan yang dilakukan

Mengubah gaya hidup seperti melakukan aktivitas fisik secara teratur, mengonsumsi makanan yang baik untuk jantung dan rendah garam, lemak jenuh, lemak trans dan kolestrol.

Fibrilasi atrium mungkin memerlukan obat-obatan seperti beta blocker, pengencer darah dan penghambar saluran kalsium untuk mengontrol kecepatan jantung, dan mencegah penggumpalan darah.

Prosedur seperti kardioversi dapa digunakan untuk mengatur ulang irama jantung jika ini merupakan pertama kali terjadi. Jika pengobatan dan perawatan lain belum membantu, ada baiknya untuk berkonsultasi dengan dokter terkait mengenai penanganan lebih lanjut.

Editor
Komentar
Banner
Banner