Relax

Mengenang Tragedi Chernobyl, Ledakan Nuklir dengan Dampak Radiasi Mengalahkan Hirosima

apahabar.com, JAKARTA – Pekat malam menyelimuti kawasan Chernobyl pada 26 April 1986 di Ukraina—kala itu masih…

Featured-Image

bakabar.com, JAKARTA - Pekat malam menyelimuti kawasan Chernobyl pada 26 April 1986 di Ukraina—kala itu masih menjadi bagian Uni Soviet— yang mengantarkan warganya senyap dalam lelap. Selang beberapa saat, terjadi ledakan nuklir terparah yang terukir dalam sejarah.

Chernobyl Disaster, begitu sebutan tragedi yang terjadi jelang dini hari, tepatnya pukul 1.30 waktu setempat. Peristiwa naas yang berlokasi di pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Chernobyl tersebut sedikitnya menewaskan 31 jiwa di hari krisis pertama, termasuk Valery Khodemchuk, sang insinyur nuklir yang bertugas kala itu.

Kecelakaan bermula ketika sekelompok teknisi hendak melakukan eksperimen kelistrikan di reaktor nomor 4 pada 25 April 1986 sekitar pukul 23.00 waktu setempat. Percobaan ini bertujuan melihat apakah turbin reaktor bisa mengoperasikan pompa air darurat dengan kelembaman tenaga.

Naas, teknisi yang melangsungkan eksperimen ini nyatanya sangat minim edukasi soal reaktor nuklir. Selama percobaan berlangsung, mereka justru mematikan sistem keamanan darurat dan pengaturan daya reaktor. Bahkan, reaktor dijalankan dengan tenaga rendah, sampai-sampai dayanya berada di bawah batas stabil.

Teknisi pun merespons kejadian ini dengan melepas sebagian besar batang kendali, yang sejatinya melanggar pedoman keselamatan pabrik. Meskipun sudah melakukan hal nekat, mereka masih kesulitan menaikkan daya reaktor.

Setengah jam kemudian, daya reaktor kembali stabil walau lebih rendah dari yang diinginkan. Pengawas pabrik lantas memerintahkan untuk melanjutkan eksperimen, sehingga sistem darurat otomatis dan fitur keselamatan lainnya dinonaktifkan.

Pada saat inilah, bencana Chernobyl terjadi. Ketika tes dimulai, terjadi lonjakan daya tak terduga. Teknisi yang bertugas pun merasa panik dan langsung menekan tombol shutdown darurat. Sayangnya, batang kendali macet saat memasuki inti reaktor.

img

Suasana di Kota Hantu akibat ledakan Chernobyl – Le Terrace

Kesalahan demi kesalahan tak terlelakkan, hingga akhirnya eksperimen ini berujung meregang nyawa. Pada pukul 1.30 dini hari, ledakan pertama muncul dan langsung diikuti dengan ledakan lainnya. Dentuman ini menghancurkan atap reaktor seberat 1.000 ton, serta menembakkan bola api tinggi yang langsung mewarnai gelapnya langit malam kala itu.

Saat udara mulai dipenuhi debu dan potongan grafit, listrik di sekitar reaktor padam. Radiasi juga mulai memenuhi lokasi tersebut. Dinding dan peralatan yang ada di dekat reaktor mulai runtuh dan kebakaran terjadi di mana-mana.

Tak lama setelah itu, sekelompok petugas pemadam kebakaran datang ke tempat kejadian. Namun, mereka tak tahu-menahu soal radiasi yang sedang terjadi, sehingga tidak memakai pakaian pelindung khusus.

Di sisi lain, pejabat Soviet memutuskan untuk memblokir akses keluar dan masuk ke Pripyat, kota terdekat yang dibangun untuk menampung para pekerja Chernobyl. Ironisnya, petugas yang memblokir jalan juga tak tahu tentang radiasi, sehingga mereka tidak mengenakan pakaian anti-radiasi.

Korban Tragedi Chernobyl

Kecelakaan fatal ini menewaskan 31 orang pada hari-hari awal krisis ledakan. Rinciannya, dua orang tewas ketika ledakan terjadi, satu orang meninggal saat di rumah sakit, dan 28 orang lainnya meninggal beberapa bulan usai bencana terjadi.

Dari puluhan korban jiwa itu, Valery Khodemchuk, sang insinyur nuklir yang bertanggung jawab atas eksperimen tersebut, disinyalir menjadi korban pertama. Sejumlah sumber mengatakan, total korban Chernobyl sebenarnya sulit ditentukan, mengingat terdapat efek kesehatan jangka panjang dari polusi radioaktif.

Meski begitu, diperkirakan jumlah korban mencapai 830.000 orang, di mana 134 orang di antaranya merupakan staf pabrik dan pekerja darurat yang menderita Acute Radiation Syndrome (ARS) atau sindrom radiasi akut akibat terpapar radiasi dengan dosis tinggi.

Dari jumlah tersebut, hanya 600.000 orang yang diberikan status resmi dan diberikan benefit perawatan kesehatan. Namun, seiring berjalannya waktu, tingkat kecacatan dan kematian para likuidator itu terus melonjak selama bertahun-tahun.

Kondisi Chernobyl Saat Ini, Bisakah Kembali Dihuni?

Efek radiasi akibat ledakan reaktor nuklir berdampak panjang. Sejumlah sumber menduga, setidaknya dibutuhkan 20.000 tahun untuk bisa kembali menempati Chernobyl. Prediksi itu pun hanya berlaku untuk kawasan Elephant's Foot, atau lokasi di mana sisa-sisa reaktor aktif masih ada di sana.

Para ahli juga mengatakan, estimasinya tidak bisa ditentukan secara konkret. Mungkin butuh 20 hingga beberapa ratus tahun untuk tinggal di sana secara aman, mengingat tingkat kontaminasi yang bisa dibilang masih tidak konsisten di daerah sekitarnya.

img

Bila bandingkan dengan peristiwa bom atom Hiroshima, radioaktif bencana Chernobyl sangat berbeda. Bom nuklir dirancang untuk melepaskan semua energi dalam ledakan besar, sehingga radiasi menyebar dengan cepat. Seiring berjalannya waktu, kota Hiroshima sudah aman dihuni saat ini.

Namun, untuk kasus Chernobyl, unsur-unsur radioaktifnya merupakan yang tersebar dalam ledakan. Hal ini berarti, potongan-potongan reaktor yang mengandung zat radioaktif bisa saja terkubur di dalam tanah dan terus menyebarkan radiasinya ke lingkungan sekitar. (Nurisma)



Komentar
Banner
Banner