Relax

Mengenal Kehidupan Ahli Jiwa dari Film ‘Smile’: Ini Perbedaan Psikolog dan Psikiater

apahabar.com, JAKARTA – “Jika Anda ingin menonton film ini, maka sebaiknya dengan mental atau state of…

Featured-Image
Film Smile mengisahkan tentang kehidupan seorang ahli kejiwaan (Foto: IMD)

bakabar.com, JAKARTA – "Jika Anda ingin menonton film ini, maka sebaiknya dengan mental atau state of mind yang sedang baik, karena ditakutkan bisa memengaruhi pikiran." Demikian pesan kritikus film, Owen Gleiberman, kepada orang-orang yang hendak menyaksikan Smile.

Memang sebegitu mengerikannya film psychological-horror yang perdana tayang di Indonesia pada Rabu (28/9) itu. Dengan mengusung premis 'senyum sebagai kutukan', Smile berhasil mendulang rating tinggi dari Rotten Tomatoes.

Smile sendiri mengisahkan tentang aksi bunuh diri berantai. Mereka yang hendak mengakhiri hidup bakal 'tersenyum' kepada orang lain yang melihat aksinya itu. Saksi tersebut juga akan mengalami hal serupa: bunuh diri sembari 'tersenyum.'

Hal itu sebagaimana dialami seorang dokter kejiwaan, Rose Cotter. Dia menyaksikan pasiennya menggorok leher sendiri menggunakan pecahan vas bunga. Rose pun dirundung trauma berat.

Hari-harinya menjadi tak tenang lantaran mengalami mimpi aneh, bahkan sampai merasakan kehadiran makhluk tak kasat mata.

Ahli jiwa itu tak kuat menahan semuanya sendirian, lalu mencoba menceritakannya pada rekan terdekat. Namun, nihil yang percaya dengan kisahnya. Hanya satu orang yang mendengarkan: Joel, mantan kekasih Rose yang merupakan seorang petugas kepolisian.

Dari sanalah, keduanya berusaha memecahkan misteri di balik aksi bunuh diri berantai dengan senyuman.

Menilik Profesi Rose, Apa Bedanya Psikolog dan Psikiater?

Terlepas dari kisah mencekam, aksi Rose yang dituturkan film Smile tak kalah menuai sorotan. Dirinya sering mendengar keluh kesah orang lain, yang identik sebagai tugas seorang psikolog dan psikiater.

Sebab itulah, tak sedikit yang menganggap psikolog dan psikiater adalah pekerjaan yang sama. Padahal, keduanya jelas memiliki perbedaan signifikan. Setidaknya, terdapat tiga hal yang membedakan psikolog dan psikiater: pendidikan, praktik kerja, dan pemberian pengobatan.

Perbedaan dari Segi Pendidikan

Psikolog berkuliah di jurusan Psikologi selama kurang lebih empat tahun, di mana mempelajari perkembangan kepribadian, masalah psikologis, hingga ilmu penelitian psikologis. Selepas lulus, tak serta merta menjadi psikolog.

Calon psikolog mesti menjalani program magang selama satu sampai dua tahun. Mereka berkesempatan belajar langsung soal metode pengobatan, melakukan pengujian analitik, belajar teknik psikologis, serta terapi perilaku. Barulah usai menjalani magang, mereka mendapat lisensi.

Sementara itu, untuk menjadi seorang psikiater, mesti berkuliah di jurusan Kedokteran dan mengambil spesialisasi kejiwaan. Setelah itu, mengikuti praktik residensi di bidang psikiatri selama empat tahun di rumah sakit.

Selama menjalani praktik tersebut, mereka akan menghadapi pasien dengan beragam latar belakang, mulai dari anak-anak sampai orang tua, dengan gangguan perilaku atau kasus penyakit mental parah.

Perbedaan dari Segi Praktik Kerja

Dalam praktiknya, seorang psikolog dan psikiater seringkali bekerja sama di bagian kesehatan mental rumah sakit. Meski begitu, keduanya tetap memiliki peran masing-masing.

Psikiater bertugas membuat penilaian dan diagnosis awal, lalu merujuk pasien ke psikolog guna mengikuti konseling. Psikiater juga dapat memberikan berbagai perawatan untuk masalah kesehatan, seperti pengobatan, memeriksa kondisi kesehatan fisik, memantau efek pengobatan, serta melakukan perawatan psikologis dan terapi stimulasi otak.

Selain itu, psikiater umumnya merawat pasien yang membutuhkan pertimbangan medis. Pasien tersebut memiliki kesehatan mental dengan kondisi kompleks, seperti depresi berat, skizofrenia, bipolar, dan sebagainya.

Sedangkan, psikolog cenderung merawat pasien dengan kondisi yang efektif dibantu dengan perawatan psikologis. Kondisi ini, di antaranya gangguan perilaku, kesulitan belajar, depresi, sampai gangguan kecemasan.

Perbedaan dari Segi Pemberian Pengobatan

Sebagaimana disinggung sebelumnya, praktik kerja psikiater mencakup pemberian tindakan dan obat-obatan. Mereka dapat meresepkan obat untuk terapi kesehatan mental serta emosional pasiennya.

Adapun psikolog lebih fokus pada psikoterapi untuk merawat gangguan emosional dan mental pasiennya. Mereka juga dapat merekomendasikan tes psikologis guna menakar kondisi mental seseorang, serta merekomendasikan jenis terapi yang paling efektif untuk pasiennya.

Komentar
Banner
Banner