Nasional

Mengenal ‘Jackie Chan’ Barabai Bersuara Merdu yang Viral di Medsos

Aksi nyelenehnya mendadak viral di jagat dunia. Menyanyikan tembang India sambil gelantungan di pikap yang kebetulan…

Featured-Image

Aksi nyelenehnya mendadak viral di jagat dunia. Menyanyikan tembang India sambil gelantungan di pikap yang kebetulan melintas, aksi itu rupanya bukan di nikahan sang mantan.

HN Lazuardi, BARABAI

SOSOK Muhammad Putera Mahdika akrab disapa Gimar terkenal, setelah video berdurasi 28 detik yang diunggah akun Hadzi Utuh ke Facebook, 27 Juni lalu itu. Ratusan ribu warga-net menimpalinya dengan respon beragam.

Belum lama ini, bakabar.com berkesempatan untuk bincang ringan dengan Gimar. Sejak berumur 1,5 tahun ia sudah menguasai pelbagai kosakata. Maka tak salah ia bercita-cita menjadi Insinyur.

Bahkan, beragam kosakata tersebut mampu dituangkannya ke dalam Bahasa Inggris. Terhitung 100 kata Inggris fasih diucapkannya saat itu. Sayang, ia justru dipandang remeh dengan gayanya yang nyentrik dan statusnya.

Respon warga-net terhadap video-nya cukup beragam. Maklum suaranya terbilang bagus. Terlebih lagu-lagu India yang dinyanyikannya dibumbui dengan gayanya yang lucu.

Hingga saat ini tercatat 426.000 lebih penonton dan 75 ribu orang yang membagikan video-nya. Belakangan salah satu program di stasiun Televisi Nasional swasta ikut-ikutan meliriknya.

Namun belakangan, pemilik suara yang viral karena menyanyikan lagu Kishore Kumar berjudul 'Rote Hue Ate Hain Sab' membantah isi pemberitaan itu.

Video itu dirilis 25 Juni 2019 pada acara perkawinan salah satu kerabatnya di Desa Mangkayahu Kecamatan Paringin, Balangan dipastikan bukan karena ia putus cinta atau frustasi. Gimar bernyanyi dan bergaya semata untuk memeriahkan perkawinan kerabatnya itu.

Di lingkungannya, Jalan Kesatria Birayang Timur, Batang Alai Selatan (BAS), Gimar akrab disapa oleh kawan-kawannya dengan sebutan Jarjit Sing.

Ya, agak jauh beda dengan nama panggungnya. Banyak orang dan para grup elektone lebih dulu mengenalnya dengan nama Gildan Gimae (Gimar)1. Kurang lebih artinya anak laki-laki yang tampan.

“Sebenarnya video yang viral itu hanya menghibur tamu undangan dan diri sendiri. Jadi tidak seperti yang diberitakan di akun IG dan TV itu,” aku Gimar di kediamannya, Minggu (30/6).

Pria kelahiran Kapuas, 29 tahun silam itu anak pertama dari dua bersaudara. Ibunya, Rita seorang tenaga pengajar taman kanak-kanak di Desa Karatungan Kecamatan Limpasu. Sedangkan sang ayah, Kaspul seorang petani. Adik-adiknya masih duduk di bangku SMP kelas IX.

Gimar hanya menempuh pendidikan hingga menengah atas. Ia lulusan 2008 di Madrasah Aliayah Negri di Birayang.

Jauh sebelum dirinya viral, rupanya Gimar merupakan bagian ‘pasukan kuning’. Mengabadikan diri sejak November 2011 sampai sekarang.

Meski begitu, ia mesti beruntung. Karena mampu menjaga Bumi Murakata tetap bersih. Ia menjadi salah satu dari empat petugas kebersihan yang dihadiahi umrah pada 4 November 2017 lalu. Atas penghargaan piala Adipura yang diraih Barabai.

Selain itu, Gimar dikenal aktif di berbagai organisasi. Di antaranya Fans Rhoma Irama (FORSA) di HST dan Balangan. Juga dalam Dewan Kesenian di HST.

Selain itu, rupanya, keluarga Gimar semuanya penaynyi. Adiknya, Dea mempunyai suara yang tak kalah ciamik.

Bahkan Agustus nanti, Dea ikut serta mewakili HST di Lomba Festival Seni Siswa Nasional (LFS2N) di Banjarmasin.

Usut punya usut, kemampuan Gimar dan Ade mengalir dari sang Ibu, Rita. Sang ibu dulunya juga seorang penyanyi dari salah satu grup band di Kapuas.

“Nama band saya dulu Praja Mukti di Kapuas, aliran semua genre-lah,” kata Rita.

Karenanya, Gimar sejak kecilnya sering dibawa ke mana-mana untuk konser di daerah Kalimantan Tengah.

“Sampai-sampai ketika Gimar tidur saat saya konser, Gimar saya tidurkan di bawah salon,” beber Rita.

Gimar dikenal energik sejak kecilnya. Pernah diwawancarai wartawan juga tentang cita-citanya, Gimar polos menjawab. Bahkan dengan bahasa inggris.

“Sekitar 100 kosakata baik dalam penyebutan warna, benda dan binatang di umur 1,5 tahun ia mampu,” kata Rita.

Semenjak kecilnya, Gimar juga susah tidur. Kalau menangis susah ditenangkan. Namun Rita pun punya jurus ampuh; memutarkan lagu Malaysia.

“Diputarkan lagu ‘Suci’ dalam ‘Debu’ baru berhenti menangis. Kalau mau tidur Gimar terlebih dulu nonton program TV, Dunia Dalam Berita,” kenang Rita.

Hingga saat ini, Gimar merupakan tulang punggung keluarga. Walaupun ayah dan ibunya bekerja. Ia tetap membiayai keluarganya dengan penghasilannya.

“Saya sempat kuliah S1 Pendidikan Guru TK untuk penyetaraan agar mendapat sertifikasi. Semua biaya ditanggung Gimar,” Rita dengan mata memerah seakan ingin meneteskan air mata.

Meski dulunya ingin menjadi insiyur, Rita tak menyangka Gimar bisa menjadi penyanyi sepertinya.

Gimar sendiri menjadi penyanyi bukan karena tuntutan orang tua. Tapi lebih karena otodidak dan senang hati.

Mulanya, dia seorang Master of Ceremonies (MC). Di sela menjadi MC itu, Gimar terkadang turut serta menyanyi. Baik saat hajatan perkawinan, ulang tahun maupun even-even lainnya.

Perlahan, berbagai keahlian musik pun dikuasainya. Seperti memetik gitar, memukul drum serta alat musiknya.

Pernah ia mengikuti beberapa audisi. Sayang gagal. Hanya sampai final saja. Sekalipun ia pernah meraih piala dengan predikat penyanyi terbaik 2. Tepatnya, dalam Audisi Hapeworld’s Got Talent di Tanjung.

bakabar.com yang bertandang ke rumahnya pun tercengang. Manakala Ia bersama adiknya duet memainkan lagu India. Gimar pada gitar piawai memetik talinya, sedangkan sang adik bernyanyi.

Masih dalam nuansa India, mereka berdua melantunkan lagu berjudul Muskurane. Gimar, tak cuma suka musik-musik India. Musik-musik Indonesia pun ia sukai. Baik bergenre klasik, rock maupun reggae.

“Lagu Rhoma suka banget, Ahmad Albar, Iwan Fals. Kalau awal mulanya lagu-lagu rock seperti Rolling Stone, The Beatles, Scorpion baru kemudian ke musik Malaysia,” tuturnya.

Menariknya, karena penampilannya yang selengean, tak jarang Gimar kena bully. Bahkan ia pernah dikatakan seperti orang gila. Namun itu tidak menyurutkannya untuk terus berkreasi menghibur orang-orang.

Diakuinya juga gaya-gaya ketika bernyanyi seperi meloncat ke atas kursi, bergelantungan di tirai hingga mobil, terinspirasi Jackie Chan.

“Bedanya saya action untuk bernyanyi, dia berkelahi. Saya percaya diri aja, dengan bergaya vintage dan retro seperti ini,” ujar Gimar.

Lain lagi menurut A Sani. Gimar dan Dea, dianggap mempunyai suara yang bagus. Tanpa setting-an Gimar dan Dea mampu mengikuti nada yang dibawakan pemusik.

“Kalau bernyanyi ia kebanyakan improvisasi dengan nada tinggi. Walau demikian tak lepas dari not maupun feel-nya,” ujar Sani pemicik keyboard dari Grup R’Lena Electone yang sering mengajak keduanya mengisi acara perkawinan.

Editor: Fariz Fadhillah



Komentar
Banner
Banner