bakabar.com, JAKARTA – Kemunculan European Super League yang dinilai lebih elit ketimbang Liga Champions, membuat Federasi Sepakbola Eropa (UEFA) seperti kebakaran jenggot.
European Super League resmi diluncurkan, Senin (19/4) malam. Terdapat 12 klub yang bergabung dan dikabarkan tidak lagi bermain di Liga Champions.
Mereka adalah Liverpool, Manchester United, Manchester City, Arsenal, Chelsea, Tottenham Hotspur, Juventus, Inter Milan, AC Milan, Barcelona, Real Madrid dan Atletico Madrid.
Florentino Perez selaku Presiden Real Madrid, telah ditunjuk sebagai Ketua European Super League yang pertama.
Sedangkan Presiden Juventus, Andrea Agnelli, kemudian pemilik Liverpool, John W Henry, serta owner Manchester United, Joel Glazer, dipercaya menjadi wakil.
Total 20 yang terlibat dalam European Super League dengan rincian 15 klub peserta tetap dan 5 klub diskualifikasi setiap tahun.
Seluruh peserta dibagi ke dalam dua grup yang masing-masing berisi 10 klub. Pertandingan kandang dan tandang dilakukan di perempat final dan semifinal, sementara final dilangsungkan di tempat netral.
European Super League yang sedianya sudah dicetuskan sejak 1990, menawarkan hadiah senilai 310 juta poundsterling atau setara dengan Rp6,3 triliun.
Angka itu lebih besar dibandingkan hadiah Liga Champions yang hanya 100 juta poundsterling atau sekitar Rp2,03 triliun.
Tentu saja kemunculan European Super League langsung dikecam UEFA. Mereka pun langsung mengeluarkan peringatan kepada klub yang bergabung dengan kompetisi tandingan itu.
“Klub yang mengikuti European Super League akan dilarang tampil di kompetisi domestik dan regional,” demikian pernyataan resmi UEFA dikutip dari Pikiran Rakyat.
“Kemudian semua pemain dari klub-klub tersebut kehilangan kesempatan memperkuat tim nasional,” sambung pernyataan tersebut.
UEFA disokong Federasi Sepakbola Inggris (FA) yang menyebut kompetisi dengan eksklusivitas yang kental seperti European Super League, justru akan merusak nilai kompetitif sepakbola.
“Kami tidak akan pernah mengizinkan klub mengikuti kompetisi yang merusak sepakbola,” demikian pernyataan resmi FA.
“FA terus bekerja sama dengan FIFA dan Liga Primer Inggris untuk memastikan tidak satu pun klub yang mengikuti kompetisi itu,” tambah FA.
Hal yang sama juga disuarakan oleh klub-klub penentang European Super League seperti Paris Saint-Germain dan Bayern Munich.
“Kami akan tetap berpegang teguh kepada tradisi kompetisi-kompetisi yang diselenggarakan UEFA,” tegas PSG.
Meski demikian, European Super League tampaknya tetap berjalan sampai ditemukan titik temu dengan UEFA.
Bahkan Andrea Agnelli sudah meninggalkan posisi sebagai anggota Komite Eksekutif UEFA, serta mengundurkan diri dari jabatan Presiden Asosiasi Klub Eropa (ECA) yang menentang ide European Super League.