Mulai Dilirik Wisatawan
Perlahan, Jamur Borobudur kian dikenal masyarakat. Apalagi, rumah yang sekaligus tempat produksi milik Puput di Dusun Jowahan, makin ramai dikunjungi tamu.
Para tamu yang berkunjung juga datang dari berbagai kalangan, mulai mahasiswa dan warga yang ingin belajar budidaya jamur, kelompok tani, hingga tamu dari kalangan wisatawan.
Untuk tamu pelancong, Puput memanfaatkan jaringan ayahnya yang seorang kusir andong wisata di kawasan candi.
Tamu-tamu yang dibawa ayahnya dan rekan-rekan kusir andong wisata lain tersebut ditawari untuk melihat proses budidaya jamur. Ternyata, respons pengunjung sangat positif.
Baca Juga: Produk UMKM di Sarinah Mahal, Kemenkop UKM: Demi Tingkatkan Citra
Tak hanya itu, wisatawan yang mengendarai mobil volkswagen (VW) yang biasanya mengitari Borobudur juga sering mampir ke kedai miliknya.
“Wisatawan dengan andong makin ramai. Biasanya, mereka saya ajak melihat pembuatan media tanam terlebih dulu, hingga penyimpanan jamur, lalu berakhir dengan melihat proses pembuatan dan mencicipi aneka camilan berbahan jamur,” ujar Puput.
Dari hanya bertani, Puput mulai belajar soal pariwisata. Ia lalu bergabung dengan komunitas wisata di kawasan Borobudur untuk menimba pengalaman dan memperkuat jaringan.
Wisata Edukasi
Meski hampir 60 persen omzetnya berasal dari penjualan oleh-oleh, Puput selalu bersemangat setiap kali diminta untuk berbagi ilmu budidaya jamur.
Bahkan saat ini, Puput mampu mendapatkan omset sekitar 150 juta per bulannya dari usaha jamurnya. Terlebih, sejak 2020, ia telah berhasil membuat benih jamur sehingga bisa membuat wisata edukasi bagi para tamu.
Bukan cuma itu, Puput juga kerap diminta berbagi ke sejumpah kelompok tani di Magelang maupun luar daerah di Indonesia.
Baca Juga: UMKM Bangun Bisnis di IKN, Bahlil: Pajak Nol Persen
"Sebelum pandemi Covid-19, juga rutin membagi ilmu soal budidaya maupun kewirausahan ke sejumlah sekolah," imbuhnya.
Bahkan, sambung Puput ada juga beberapa orang dari luar Jawa, mengontaknya langsung untuk belajar budidaya jamur.
“Pernah ada dari Aceh datang ke Magelang, menginap beberapa hari di rumah saya untuk belajar budidaya jamur. Saya juga membimbingnya sampai bisa,” ujar Puput.
Ia teringat dengan kebaikan para senior pembudidaya jamur yang mengajari dan menyemangatinya saat awal dulu merintis usaha. Untuk itu, Puput merasa mesti membalasnya dengan terus berbagi ilmu kepada banyak orang.
Baca Juga: Digitalisasi Keuangan di Indonesia, OJK: Berdampak Besar bagi UMKM
Terlebih, sejak pandemi melanda, makin banyak orang datang ingin belajar budidaya jamur dan membeli baglog.
"Dampak pandemi Covid-19, kebijakan aktivitas kerja yang mulai banyak dilakukan di rumah, dan juga pengurangan karyawan serta pemutusan hubungan kerja, jadi banyak yang mendadak gemar budidaya," ujarnuya.
Menurut Puput, rerata tamunya yang datang adalah para TKI, karyawan yang dirumahkan, dan korban-korban PHK.
Baca Juga: UMKM Masuk Rantai Pasok Industri, Kadin: Baru 18 Persen
Kiprah pasang surut usaha Puput membuat tokoh pengusaha Sandiaga Uno dua kali mengunjunginya. Satu kali sebelum pandemi, dan sekali saat pandemi.
Tak ketinggalan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo yang beberapa bulan lalu mengunjungi rumahnya di sela-sela kunjungan ke Borobudur.
Puput Setyoko bahkan sekarang memiliki 10 karyawan, masih punya angan, membuat rumah makan olahan jamur untuk jujugan pelancong.