Tak Berkategori

Manfaat Wudu Hapuskan Dosa, Begini Syarat dan Penyelasannya

apahabar.com, JAKARTA – Setiap manusia adalah tempatnya salah dan lupa. Maka tidak mengherankan bilamana manusia kadang…

Featured-Image
Ilustrasi wudu. Foto: Net

bakabar.com, JAKARTA – Setiap manusia adalah tempatnya salah dan lupa. Maka tidak mengherankan bilamana manusia kadang seringkali khilaf melakukan kesalahan dan dosa dalam kesehariannya.

Adakah amalan yang mampu menghapuskan dosa-dosa tersebut?

Salah satu amalan yang disebut Rasulullah dapat menggugurkan dosa adalah wudu.

Menyempurnakan wudu adalah sebuah keutamaan sekaligus keharusan.

Sebagaimana dalam hadis berikut ini, diriwayatkan oleh Bukhari Muslim

ما من مسلم يتوضأ فيسبغ الوضوء، ثم يقوم في صلاته فيعلم ما يقول إلا انفتل وهو كيوم ولدته أمه من الخطايا ليس عليه ذنب‏.

“Saat seseorang berwudu kemudian membaguskan wudhunya dan mengerjakan salat dua rakaat, di mana ia tidak berbicara dengan dirinya dalam berwudhu dan salatnya tentang hal duniawi, niscaya keluarlah ia dari segala dosanya, seperti hari ia dilahirkan oleh ibunya.” demikian sabda Rasulullah SAW dari Utsman bin Affan (HR Bukhari Muslim).

Kata “membaguskan wudu” dalam hadits ini jangan sekadar dipahami membasuh anggota-anggota badan tertentu secara merata. Namun ada yang lebih penting, yaitu membasuh, membersihkan dan mensucikan organ-organ batin dari keburukan dan dosa sambil terus berzikir kepada Allah. Inilah yang dikatakan wudhu batiniah. Wudu yang akan membuat salat kita ada ruh-nya.

Tampaknya hadis ini memiliki korelasi kuat dengan hadis yang disampaikan Utsman bin Affan lainnya. Rasulullah SAW bersabda:

إِذَا تَوَضَّأَ الْعَبْدُ الْمُسْلِمُ – أَوِ الْمُؤْمِنُ – فَغَسَلَ وَجْهَهُ خَرَجَ مِنْ وَجْهِهِ كُلُّ خَطِيئَةٍ نَظَرَ إِلَيْهَا بِعَيْنَيْهِ مَعَ الْمَاءِ – أَوْ مَعَ آخِرِ قَطْرِ الْمَاءِ -، فَإِذَا غَسَلَ يَدَيْهِ خَرَجَ مِنْ يَدَيْهِ كُلُّ خَطِيئَةٍ كَانَ بَطَشَتْهَا يَدَاهُ مَعَ الْمَاءِ أَوْ مَعَ آخِرِ قَطْرِ الْمَاءِ -، فَإِذَا غَسَلَ رِجْلَيْهِ خَرَجَتْ كُلُّ خَطِيئَةٍ مَشَتْهَا رِجْلَاهُ مَعَ الْمَاءِ – أَوْ مَعَ آخِرِ قَطْرِ الْمَاءِ – حَتَّى يَخْرُجَ نَقِيًّا مِنَ الذُّنُوبِ

“Bila seorang Muslim berwudu, ketika membasuh muka, maka keluar dari wajahnya dosa-dosa yang pernah dilakukan matanya bersama tetesan air yang terakhir. Ketika membasuh kedua tangannya, maka keluarlah setiap dosa yang pernah dilakukan tangannya bersama tetesan air yang terakhir. Ketika membasuh kakinya, maka keluarlah dosa yang dijalani oleh kakinya bersama tetesan air yang terakhir, sampai ia bersih dari semua dosa.” (HR Muslim).

Pengampunan dosa ini akan sulit terwujud dalam wudu, andai hati lalai dari mengingat Allah. Rasulullah SAW menegaskan,

“Barangsiapa mengingat Allah ketika wudu, niscaya Allah sucikan tubuhnya secara keseluruhan. Dan barangsiapa tidak mengingat Allah, niscaya tidak disucikan Allah dari tubuhnya selain yang terkena air saja. (HR Abdul Razaq).

Sebenarnya, kata kunci untuk mensinkronkan wudu lahir dan wudu batin adalah kesadaran atau niat yang tulus. Kita sadar apa yang sedang kita lakukan. Sadar bahwa wudu adalah prosesi pembersihan diri. Sadar bahwa wudu adalah sarana untuk taqarrub ilallah.

Sadar bahwa setiap basuhan air wudu akan menggugurkan dosa-dosa. Intinya kita sadar akan hakikat dan keutamaan wudu serta memahami tatacaranya seperti yang dicontohkan Rasulullah SAW.

Adanya kesadaran akan melahirkan ketersambungan hati dengan Allah SWT. Saat berkumur-kumur misalnya, sadari dan niatkan bahwa air yang masuk ke mulut bukan sekadar membersihkan kotoran lahir, tapi juga dosa-dosa yang pernah terucap lewat lisan.

Demikian pula saat mencuci telapak tangan, membersihkan lubang hidung, membasuh muka, membasuh tangan sampai siku dan sebagaianya. Niatkan sebagai sarana pembersihan dosa yang ada pada bagian-bagian tubuh tersebut.

Tersebutlah seorang ahli ibadah bernama Isam bin Yusuf. Ia terkenal wara’, tangguh dalam ibadah dan sangat khusyuk salatnya. Namun dia selalu khawatir kalau ibadahnya tidak diterima Allah.

Suatu hari Isam menghadiri pengajian seorang sufi terkenal bernama Hatim Al Asham. Isam bertanya, Wahai Aba Abdurrahman (panggilan Hatim), bagaimanakah cara Anda salat?

Apabila masuk waktu salat, saya berwudu secara lahir dan batin,” jawab Hatim. Bagaimana wudu batin itu? tanya Isam kembali.

“Wudu lahir adalah membasuh semua anggota wudhu dengan air. Sedangkan wudu batin adalah membasuh anggota badan dengan tujuh perkara. Yaitu, dengan tobat, menyesali dosa, membersihkan diri dari cinta dunia, tidak mencari dan mengharapkan pujian dari manusia, meninggalkan sifat bermegah-megahan, menjauhi khianat dan menipu, serta meninggalkan dengki,” papar Hatim.

Ia melanjutkan, “Setelah itu aku pergi ke masjid, kuhadapkan muka dan hatiku ke arah kiblat. Aku berdiri dengan penuh rasa malu. Aku bayangkan Allah ada di hadapanku, surga di sebelah kananku, neraka di sebelah kiriku, malaikat maut berada di belakangku. Aku bayangkan pula seolah-olah aku berdiri di atas titian Shirathal Mustaqiim dan aku menganggap salatku ini adalah salat terakhir bagiku. Kemudian aku berniat dan bertakbir dengan baik. Setiap bacaan dan doa dalam salat berusaha aku pahami maknanya. Aku pun rukuk dan sujud dengan mengecilkan diri sekecil-kecilnya di hadapan Allah. Aku bertasyahud (tahiyyat) dengan penuh pengharapan dan aku memberi salam dengan ikhlas. Seperti itulah sholat yang aku lakukan dalam 30 tahun terakhir.”

Mendengar paparan tersebut, Isam bin Yusuf tertunduk lesu dan menangis tersedu-sedu membayangkan ibadahnya yang tak seberapa bila dibandingkan Hatim Al Asham.

Jangan sepelekan wudu. Inilah pesan tersirat yang disampaikan Hatim Al Asham. Mengapa? Sholat dan wudhu adalah satu kesatuan, bagaikan dua sisi mata uang. Tidak akan berkualitas sholat seseorang bila wudhunya tidak berkualitas.

Pun tidak akan diterima salat bila tidak diawali wudhu. Melalaikan wudu sama artinya dengan melalaikan salat. Wudu adalah prosesi ibadah yang dipersiapkan untuk mensucikan diri agar mampu melakukan komunikasi Dzat Yang Mahasuci.(Rep)

Editor: Aprianoor



Komentar
Banner
Banner