LIFESTYLE

Lulusan Perguruan Tinggi Banyak yang Menganggur, Kok Bisa?

Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) menyebut lulusan perguruan tinggi sebagai penyumbang angka pengangguran terbesar

Featured-Image
Ilustrasi lulusan perguruan tinggi yang susah mencari kerja. Foto: Quora.

bakabar.com, JAKARTA – Masih ingatkah Anda dengan kisah fresh graduate yang menolak tawaran pekerjaan bergaji delapan juta? Lantaran berasal dari universitas ternama, dia merasa nominal tersebut tidak sesuai dengan kualifikasi yang dimilikinya.

Keputusan itu memang tak sepenuhnya salah, sebab bisa saja si fresh graduate memiliki kompetensi setara profesional. Sehingga, dia cenderung selektif dalam memilih pekerjaan.

Namun, di sisi lain, permintaan upah yang tinggi menjadi salah satu penyebab meroketnya angka pengangguran di Indonesia. Bahkan, Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) menyebut lulusan perguruan tinggi sebagai penyumbang angka pengangguran terbesar.

Per Agustus 2022, Badan Pusat Statistik (BPS) juga membeberkan bahwa hanya 12,32 persen lulusan perguruan tinggi, termasuk Diploma hingga Doktor, yang terserap di lapangan kerja. Ini jauh lebih kecil ketimbang tamatan SD ke bawah, yang terserap sebesar 38,8 persen.

Lantas, sebenarnya apa yang menyebabkan fenomena ini?

Tidak Sesuai Kebutuhan Industri

Dikutip dari Akupintar, ada sejumlah alasan lain yang membuat lulusan perguruan tinggi malah menganggur. Salah satunya, kompetensi yang dimiliki tidak sesuai dengan kebutuhan industri saat ini.

Minimnya lowongan kerja untuk jurusan tertentu juga menjadi penyebab banyaknya lulusan perguruan tinggi yang menganggur. Ditambah lagi dengan persaingan global, di mana lulusan dari berbagai universitas di dunia memiliki peluang yang sama untuk melamar kerja di suatu perusahaan.

Di sisi lain, Kemenaker menyebut lulusan sekolah menengah ke bawah justru banyak yang tak menganggur. Sebab, mereka umumnya menganut prinsip “yang penting kerja”, sehingga mau tak mau bekerja pada sektor tanpa keahlian khusus.

Berkaca dari perbandingan data di atas, mungkin Anda akan bertanya-tanya. Apakah itu berarti kuliah dan mendapatkan pendidikan formal yang lebih tinggi hanya sia-sia belaka?

Kesabaran yang Membuahkan Hasil

Faktanya, tingkat pendidikan justru berpengaruh terhadap tingkat perekonomian suatu wilayah. Sebagai contoh, coba bandingkan tingkat pendidikan di negara maju dan negara berkembang.

Negara maju sudah pasti memiliki tingkat perekonomian yang lebih baik. Hal itu tak terlepas dari sumber daya manusianya yang cenderung melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi setelah sekolah.

Pendidikan juga meningkatkan kapabilitas mental sekaligus keterampilan teknis secara umum, sehingga meningkatkan produktivitas. Semakin produktif angkatan kerja, kian baik pula tingkat perekonomian suatu negara.

Ketika perputaran roda ekonomi semakin baik, maka kesempatan kerja juga semakin besar. Pengaruh tingkat pendidikan, pengangguran, dan pertumbuhan ekonomi ini dapat dilihat di negara-negara maju, seperti Jepang dan Korea Selatan.

Kalau Anda termasuk salah satu lulusan perguruan tinggi yang belum mendapat pekerjaan, cobalah jangan menyalahkan diri sepenuhnya. Ini seharusnya menjadi cerminan bagi pemerintah untuk memperluas lapangan kerja di berbagai bidang.

Selagi menunggu upaya itu terwujud, Anda bisa meningkatkan kemampuan diri dengan mempelajari hal-hal lain. Termasuk, keahlian yang kini sedang banyak dibutuhkan di dunia kerja. Semangat!

Editor


Komentar
Banner
Banner